Hasil Pemilu Israel Tidak Pasti, Benjamin Netanyahu Dapat Restu Bentuk Kabinet

Selasa, 6 April 2021 19:00 WIB

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjalan setelah dia menyampaikan pernyataan di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem, 22 Desember 2020. [Yonatan Sindel / Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa mendapat mandat dari presiden untuk membentuk pemerintahan baru setelah hasil pemilu Israel yang tidak meyakinkan.

Netanyahu, pemimpin terlama Israel yang berkuasa secara berturut-turut sejak 2009, sekarang menghadapi tugas berat untuk memecahkan kebuntuan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dan merekrut cukup sekutu untuk koalisi pemerintahan.

Di bawah hukum, Netanyahu akan memiliki 28 hari untuk membentuk kabinet, dengan kemungkinan perpanjangan dua minggu sebelum Presiden Reuven Rivlin memilih kandidat lain atau meminta parlemen untuk memilih kandidat, dikutip dari Reuters, 6 April 2021.

Pemilu Israel pada 23 Maret, yang keempat dalam dua tahun, berakhir imbang baik sayap kanan dan blok agama yang dipimpin Netanyahu maupun calon aliansi dari lawan-lawannya yang memenangkan mayoritas parlemen.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan di Knesset (parlemen Israel) di Yerusalem, 22 Desember 2020. [Yonatan Sindel / Pool via REUTERS]

Advertising
Advertising

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengumpulkan dukungan paling banyak, dengan 52 anggota parlemen yang akan datang mendukung pencalonannya, tetapi tidak ada kandidat yang memiliki jalur yang jelas untuk membentuk koalisi mayoritas yang terdiri dari 61 anggota parlemen di Knesset dengan 120 kursi, Times of Israel melaporkan.

Baca juga: UEA Marah ke Netanyahu karena Pakai Isu Normalisasi Hubungan Demi Pemilu Israel

Netanyahu didukung oleh partai Likud-nya dengan 30 kursi, Shas dengan 9 kursi, United Torah Yudaism 7 kursi, dan Zionisme Keagamaan 6 kursi.

Dalam konsultasi yang diadakan Rivlin dengan partai politik pada hari Senin tentang pemberian mandat pembentukan koalisi, Benjamin Netanyahu menerima lebih banyak dukungan daripada para penantangnya, yang pada akhirnya membuat presiden memberi restu untuk membentuk kabinet Israel.

REUTERS | TIMES OF ISRAEL

Berita terkait

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

9 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

10 jam lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

10 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

11 jam lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

11 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

11 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

12 jam lalu

Militer Israel Ambil Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir

Militer Israel mengambil kendali atas perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

12 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Project Nimbus, Layanan Teknologi untuk Israel yang Didemo Pekerja Google dan Amazon

14 jam lalu

4 Fakta Project Nimbus, Layanan Teknologi untuk Israel yang Didemo Pekerja Google dan Amazon

Project Nimbus merupakan kontrak yang menyediakan bantuan teknologi kepada Israel.

Baca Selengkapnya

Israel Bersumpah Tetap Serang Rafah, Sebut Gencatan Senjata Tak Pasti

15 jam lalu

Israel Bersumpah Tetap Serang Rafah, Sebut Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel mengatakan tetap akan menyerang Rafah di tengah pembicaraan gencatan senjata dengan Hamas.

Baca Selengkapnya