TEMPO.CO, Jakarta - Uni Emirat Arab dikabarkan marah terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena memanfaatkan normalisasi hubungan dengan Israel sebagai pendongkrak popularitas politik menjelang pemilu Israel.
UEA menjauhkan diri dari Netanyahu setelah enam bulan penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan antara dua negara yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
"UEA menandatangani kesepakatan untuk harapan dan peluang yang mereka berikan kepada rakyat kita, bukan pemimpin individu," kata seorang pejabat Emirat kepada CNN, dikutip 19 Maret 2021.
"Mempersonalisasi dan mempolitisasi kesepakatan dengan cara ini merendahkan pencapaian bersejarah. UEA tidak akan menempuh jalan itu," kata pejabat itu.
Netanyahu, yang sedang bersiap mengikuti pemilihan umum beberapa hari lagi, telah mengutip nama Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed dalam penampilan publik dan kampanye baru-baru ini. Dia mengklaim dirinya sebagai fasilitator proyek investasi multi-miliar dolar AS oleh UEA di Israel, dan menyinggung lawan-lawan politiknya tidak memiliki pengaruh yang sepadan seperti dirinya.
Netanyahu, yang berkuasa sejak 2009 yang menjadikannya perdana menteri Israel terlama yang menjabat, telah berusaha untuk meningkatkan kredibilitasnya sebagai negarawan terkemuka Israel untuk memenangkan pemilu 23 Maret.
Kunjungan ke UEA bisa membantu upaya itu.
"Dari perspektif UEA, tujuan dari Abrahamic Accords adalah untuk memberikan landasan strategis yang kuat untuk mendorong perdamaian dan kemakmuran dengan Negara Israel dan di kawasan yang lebih luas," kicau Twitter Anwar Gargash, penasihat Presiden UEA Sheikh Khalifa bin Zayed sekaligus menteri luar negeri UEA.
"UEA tidak akan menjadi bagian dalam pemilihan internal di Israel, sekarang atau selamanya," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani, berpose sebelum penandatanganan perjanjian Abraham Accord dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih di Washington, AS, 15 September, 2020. [REUTERS / Tom Brenner]
Pekan lalu Benjamin Netanyahu membatalkan kunjungan ke UEA, dengan alasan Yordania menolak wilayah udara untuk penerbangan Netanyahu.
Perjalanan ke UEA telah direncanakan selama beberapa bulan tetapi beberapa kali ditunda, paling baru pada bulan Februari, Times of Israel melaporkan.
Netanyahu awalnya dijadwalkan melakukan perjalanan pada November, lalu Desember, dan kemudian pada Januari dan Februari, tetapi pandemi, masalah penjadwalan, dan krisis politik internal menyebabkan penundaan berulang.
UEA dilaporkan enggan menyetujui untuk menjamu dia pekan lalu, karena kekhawatiran bahwa ini akan dianggap sebagai campur tangan pemilu, dan Netanyahu dikatakan telah mengerahkan kepala Mossad Yossi Cohen, yang menangani keberatan UEA.
Baca juga: Israel Akan Buka Ekonominya pada 5 April Setelah Vaksinasi Covid-19 Rampung
UEA tidak pernah mengkonfirmasi kunjungan yang dijadwalkan untuk minggu lalu, tetapi mengatakan pada hari yang sama bahwa mereka menyiapkan dana investasi US$ 10 miliar (Rp 144,5 triliun) yang ditujukan untuk sektor-sektor strategis di Israel.
Keputusan tersebut, kata kantor berita resmi UEA WAM, diambil setelah panggilan telepon "konstruktif" antara Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed.
Pejabat Israel, menurut laporan Walla, mengatakan Netanyahu meminta putra mahkota untuk merilis pernyataan tentang kemungkinan investasi setelah pembatalan perjalanannya.
Netanyahu membantah dalam sebuah wawancara dengan Army Radio bahwa dia akan mengunjungi UEA sebelum pemilihan. "Saya tidak akan pergi ke Abu Dhabi sebelum pemilihan. Rumor itu, saya tidak tahu siapa yang menyebarkannya," katanya.
Namun seorang anggota partai Likud-nya mengatakan kunjungan itu mungkin. "Pekan ini atau tidak sama sekali," kata Menteri Intelijen Eli Cohen.
Benjamin Netanyahu mengatakan pekan lalu bahwa dia telah berbicara dengan Sheikh Mohammed, pemimpin de facto UEA, dan keduanya setuju untuk bertemu segera.