Lawan Junta, Parlemen Sipil Akan Bentuk Pemerintahan dan Konstitusi Baru Myanmar

Minggu, 4 April 2021 06:00 WIB

Para pengunjuk rasa yang mengenakan topeng yang menggambarkan pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, memberikan hormat tiga jari saat mereka mengambil bagian dalam protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Committee Representing Pyidaungsu Hluttaw (CRPH), parlemen sipil darurat Myanmar yang dibentuk untuk menandingi junta militer, mengatakan akan membentuk pemerintahan minggu pertama April dan menyusun konstitusi baru Myanmar.

CRPH dibentuk oleh anggota parlemen Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, yang menang telak dalam pemilihan umum 8 November 2020, tetapi dikudeta pada 1 Februari hanya beberapa jam sebelum menjabat.

"Pemerintah persatuan nasional sementara akan dibentuk berdasarkan Piagam Demokrasi Federal yang telah disepakati. Pyidaungsu Hluttaw adalah Parlemen Persatuan Myanmar," kata CRPH dalam pernyataan, dikutip dari The Irrawaddy, 3 April 2021.

Menurut Piagam Demokrasi Federal setebal 20 halaman, yang diumumkan kepada publik pada Rabu malam, pemerintah persatuan akan terdiri dari seorang presiden, penasihat negara bagian, dua wakil presiden, seorang perdana menteri, menteri, dan deputi.

Pemerintah Persatuan Myanmar akan bekerja untuk menggulingkan junta dengan menggunakan segala cara: secara politik, ekonomi, sosial, melalui urusan luar negeri, melalui diplomasi, pertahanan dan keamanan, bunyi Piagam Demokrasi Federal.

Advertising
Advertising

Piagam Demokrasi Federal juga menguraikan kesepakatan awal tentang pembentukan persatuan demokratis federal dan pengaturan konstitusional sementara, sebelum negara tersebut mengadopsi Konstitusi baru yang dapat menjamin kesetaraan dan otonomi melalui referendum nasional.

Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi dan Wakil Presiden Win Myint menghadiri sidang parlemen untuk memilih presiden baru Myanmar di Naypyitaw, Myanmar 28 Maret 2018. [REUTERS / Stringer]

Anggota Piagam Demokrasi Federal termasuk anggota parlemen terpilih yang direbut haknya untuk kursi parlemen melalui kudeta militer 1 Februari, partai politik pro-demokrasi, pemimpin gerakan pembangkangan sipil, dan kelompok masyarakat sipil serta kelompok etnis bersenjata, kata CRPH.

Setelah Piagam Demokrasi Federal diumumkan ke publik, CRPH juga mengumumkan pencabutan Konstitusi 2008, dengan mengatakan bahwa konstitusi itu dirancang untuk memperpanjang kekuasaan militer dan mencegah munculnya serikat federal yang demokratis.

Kudeta militer pada 1 Februari melanggar Konstitusi dan sebagai akibatnya konstitusi tersebut batal, kata CRPH.

Konstitusi 2008 yang dirancang oleh militer secara otomatis memberi militer seperempat kursi parlemen dan tiga jabatan menteri bersama dengan kekuasaan khusus lainnya, hak istimewa, dan bahkan kekebalan dari penuntutan atas pelanggaran hak asasi manusia.

Junta militer mengumumkan status darurat satu tahun pada 1 Februari setelah menahan Presiden U Win Myin, Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi, dan pejabat pemerintah lainnya.

Baca juga: Save the Children: 43 Anak-anak Myanmar Tewas Sejak Kudeta Dimulai

Kudeta militer ditentang rakyat Myanmar yang telah melakukan demonstrasi dan mogok massal setiap hari sampai saat ini. Pada Sabtu lima orang tewas setelah aparat menembaki massa unjuk rasa, Reuters melaporkan.

Meski 550 orang lebih telah dibunuh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari, pengunjuk rasa terus turun ke jalan setiap hari, seringkali dalam kelompok-kelompok kecil di kota-kota kecil, untuk menyuarakan penentangan terhadap penerapan kembali kekuasaan junta militer Myanmar.

Kelompok aktivis yang memantau korban penahanan dan pembunuhan oleh junta, Assistance Association for Political Prisoners, mengatakan pasukan keamanan Myanmar telah membunuh 550 orang, 46 di antaranya anak-anak, sejak junta militer menggulingkan pemerintahan terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

THE IRRAWADDY | REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

22 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

8 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

9 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

11 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

11 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

12 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

14 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

15 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya