Presiden Prancis Emmanuel Macron, dinyatakan positif mengidap penyakit virus corona (COVID-19), terlihat di layar TV saat dia menghadiri konferensi video meja bundar untuk Konferensi Kemanusiaan Nasional (NHC) di Kementerian Luar Negeri di Paris, Prancis, 17 Desember. , 2020. [REUTERS / Christian Hartmann / Ilustrasi]
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk ketiga kalinya Prancis kembali memberlakukan lockdown COVID-19. Dikutip dari Channel News Asia, lockdown tersebut akan berlangsung selama tiga pekan di mana sekolah juga akan kembali ditutup. Adapun pemberlakukan lockdown ini, menurut Presiden Prancis Emmanuel Macron, sebagai respon atas ancaman gelombang ketiga pandemi COVID-19.
"Kita akan kehilangan kendali jika tidak bertindak saat ini," ujar Macron, Rabu, 31 Maret 2021.
Seperti diberitakan sebelumnya, situasi di Prancis terus memburuk seiring dengan makin nyatanya ancaman gelombang ketiga. Hal itu salah satunya ditandai dengan terus naiknya angka kasus harian sejak November lalu. Secara gradual angka kasus harian naik dari kisaran 12 ribu di bulan November menjadi 40 ribuan di bulan Maret ini.
Hal tersebut diperburuk dengan munculnya varian-varian baru COVID-19 di Prancis. Seperti diketahui, varian-varian baru yang berasal dari Inggris dan Afrika Selatan lebih mudah menyebar meski tidak bisa dikatakan lebih berbahaya dibanding varian reguler.
Kehadiran varian baru COVID-19 dan tingginya jumlah kasus harian tak ayal berdampak ke ketersediaan ruang perawatan intensif (ICU) di rumah sakit. Pada Selasa kemarin, Kemeterian Kesehatan Prancis menyatakan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di ICU naik 98 orang menjadi 5072 atau yang tertinggi sepanjang 2021 ini. Ada kekhawatiran di kalangan tenaga medis bahwa cepat atau lambat rumah sakit akan kelimpungan jika pengendalian tak segera dilakukan.
Macron memastikan lockdown terbaru akan mulai berlaku per Sabtu nanti. Ia mengakui bahwa sejatinya ia tidak menginginkan lockdown demi memulihkan perekonomian Prancis yang terpukul sepanjang 2020 serta menghidupkan lagi kegiatan di sekolah. Namun, menurut dia, situasi berkehendak lain.
"Ini solusi terbaik untuk memperlamban penyebaran virus...Saya bisa melihat jalan keluar dari krisis ini," ujar Macron yang mengklaim Prancis berhasil mempertahankan sekolah tetap buka untuk waktu relatif lama meski akhirnya keok juga oleh pandemi.
Selain lockdown, Macron menambahkan bahwa dirinya juga akan berupaya menggenjot kampanye vaksinasi COVID-19. Sejauh ini, baru 12 persen penduduk Prancis yang telah divaksin. Target Macron, 30 juta orang dewasa telah divaksin per pertengahan Juni.
Sebagai tambahan, Kementerian Keuangan Prancis menyatakan penerapan lockdown COVID-19 baru akan memperlamban pemulihan ekonomi. Sebanyak 150 ribu usaha akan dipaksa (lagi) untuk tutup sementara dengan nilai kerugian total US$12.9 miliar per bulan.