Polisi New York Menyamar untuk Perangi Kejahatan Rasial terhadap Orang Asia
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 30 Maret 2021 09:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kota New York mengerahkan tim polisi yang semuanya Asia yang menyamar untuk memerangi meningkatnya kejahatan rasial terhadap orang Asia, kata pihak berwenang pada hari Kamis.
"Jika Anda akan melakukan kejahatan rasial di New York City, kami akan menemukan Anda," kata Komisaris Polisi Kota New York (NYPD), Dermot Shea, saat mengungkap rencana untuk memerangi kejahatan bermotif rasisme.
"Kami tidak akan mentolerir siapa pun yang menjadi sasaran karena warna kulit mereka, agama yang mereka yakini, preferensi seksual mereka atau apa pun,” kata Shea, dikutip dari Reuters, 29 Maret 2021.
Hanya beberapa hari setelah serentetan serangan terhadap orang Asia-Amerika di New York City akhir pekan lalu, Shea mengatakan dia meningkatkan pasukan penyamaran NYPD dengan petugas berpakaian preman, semuanya keturunan Asia. Mulai akhir pekan ini, mereka akan berpatroli di kereta bawah tanah, toko kelontong, dan lokasi lain untuk mencegah insiden anti-Asia yang berjumlah 26 sepanjang tahun ini, termasuk 12 serangan, kata polisi.
"Orang berikutnya yang Anda targetkan melalui pidato atau aktivitas mengancam mungkin adalah petugas polisi New York yang berpakaian sipil - jadi berpikirlah dua kali sebelum melakukan kejahatan rasial," kata Shea.
Sebanyak 26 insiden sejauh ini telah mengakibatkan tujuh penangkapan, kata polisi. Insiden itu termasuk 12 serangan sepanjang tahun ini, tiga di antaranya akhir pekan lalu, kata polisi.
Polisi mengatakan tahun lalu tidak ada satu pun serangan yang dilaporkan terhadap orang Asia-Amerika, dibandingkan yang terjadi tahun lalu.
Karena kejahatan rasial terlalu sering tidak dilaporkan, sekarang siapa pun yang menelepon 911 dapat mengucapkan satu kata bahasa Inggris untuk bahasa ibu mereka, seperti Mandarin, dan operator polisi akan membantu mengakses penerjemah yang berbicara lebih dari 200 bahasa, kata polisi.
Para advokat mengaitkan lonjakan kejahatan rasial terhadap warga Asia-Amerika dipicu narasi mengkambinghitamkan orang Asia sebagai penyebar virus corona. Komunitas Asia-Amerika melaporkan lonjakan kekerasan sejak Maret 2020, ketika Presiden Donald Trump berulang kali menyebut Covid-19 sebagai "virus Cina" dan "kung flu," yang diyakini memunculkan sentimen anti-Asia.
Baca juga: Kecam Serangan Rasis Asia-Amerika, Veteran AS Perlihatkan Bekas Luka Waktu Dinas
Kejahatan kebencian terhadap orang Asia-Amerika naik 149% pada tahun 2020 di 16 kota besar dibandingkan dengan 2019, menurut Center for the Study of Hate and Extremism.
Insiden kekerasan termasuk orang-orang yang disayat dengan pisau cutter, serangan dengan pi, dan pelecehan verbal, menurut kesaksian pada sidang kongres AS tentang kekerasan anti-Asia yang diadakan bulan ini.
Insiden paling mematikan adalah penembakan bulan ini di tiga spa daerah Atlanta yang menewaskan delapan orang, enam korban di antaranya perempuan Asia. Seorang pria kulit putih berusia 21 tahun telah didakwa dengan berbagai tuduhan pembunuhan, dan motif investigasi polisi tidak mengesampingkan serangan itu sebagai kejahatan rasial dan kemungkinan diprovokasi oleh sentimen anti-imigran atau anti-Asia.
REUTERS