Afghanistan Larang Siswi Berusia di Atas 12 Tahun Menyanyi di Acara Publik

Kamis, 11 Maret 2021 20:46 WIB

Para siswa berjalan menuju ke sekolah di Faizabad yang terletak di Provinsi Badakhshan, Afghanistan utara, pada 4 Oktober 2020. Sekolah-sekolah di seluruh Afghanistan belum lama ini kembali dibuka setelah lebih dari enam bulan ditutup karena pandemi COVID-19. (Xinhua/Stringer)

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Afghanistan mendapat reaksi keras soal kebijakan menyanyi di ruang publik. Gara-garanya, dikutip dari kantor berita Al Jazeera, mereka melarang pelajar perempuan berusia di atas 12 tahun untuk menyanyi di event publik. Pengecualian akan diberikan Kementerian Pendidikan Afghanistan apabila siswi itu menyanyi di sebuah acara yang pesertanya perempuan semua.

Kebijakan yang juga melarang guru musik pria mengajar siswa perempuan tersebut bocor lewat pemberitan media-media lokal. Menurut aktivis hak-hak perempuan, kebijakan tersebut adalah diskriminasi gender dan tidak seharusnya dibuat, apalagi oleh Kementerian Pendidikan.

"Pendidikan, kebebasan berpendepat, dan ekspresi akan kemampuan artistik adalah hak dasar dari semua anak, berapapun usia dan apapun gendernya. Anak-anak, baik pria maupun perempuan, berhak mengekspresikan dirinya secara adil dan bebas selama masih dalam aturan hukum yang berlaku," ujar Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan (AIHRC), Kamis, 11 Maret 2021.

Kritikan senada datang dari Direktur Institut Musik Nasional Afghanistan, Ahmad Nase Sarmast. Sarmast menyebut kebijakan itu sebagai pelanggaran legislasi nasional maupun internasional soal hak asasi manusia, hak anak-anak, hak perempuan, hak musisi, dan hak kebebasan berpendapat.

Juru bicara Kementerian Pendidikan, Najiba Arian, mengkonfirmasi larangan tersebut terlepas kritikan yang diterima. Ia mengatakan, larangan menyanyi di event publik untuk siswi perempuan itu akan berlaku di 34 provinsi Afghanistan.

Seorang siswa mengikuti kegiatan belajar tatap muka di sebuah sekolah di Faizabad yang terletak di Provinsi Badakhshan, Afghanistan utara, pada 4 Oktober 2020. Sekolah-sekolah di seluruh Afghanistan belum lama ini kembali dibuka setelah lebih dari enam bulan ditutup karena pandemi COVID-19. (Xinhua/Stringer)


Adapun alasan di balik larangan itu, klaim Arian, adalah keluhan dari para orang tua. Ia berkata, orang tua mengeluh menyanyi di event publik malah anak menambah beban anak mereka yang sudah banyak dari kegiatan-kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Arian tidak menjelaskan secara spesifik kenapa soal beban belajar bisa berujung pada larangan menyanyi secara luas. Selain itu, ia juga tidak menjelaskan kenapa hal tersebut hanya berlaku kepada siswa perempuan.

Sebagai catatan, di rezim Taliban, dari 1996-2001, menyanyi, mendengarkan, dan menulis musik dilarang secara nasional. Mereka menganggap hal itu akan memberikan pengaruh buruk.

Larangan itu berubah ketika Militer Amerika menggulingkan Taliban. Sejak itu, perempuan-perempuan Afghanistan memperoleh kembali hak-haknya. Namun, seiring dengan berjalannya negosiasi damai antara Afghanistan dan Taliban di sana, yang dimediasi oleh Amerika, perempuan Afghanistan khawatir hak-hak mereka kembali direbut.

Kebijakan soal larangan menyanyi di event publik itu juga bukan kebijakan pertama dari Kementerian Pendidikan Afghanistan yang dikritik. Tahun lalu, mereka dikritik karena mewajibkan tiga tahun pertama pendidikan dasar untuk digelar di dalam masjid dengan alasan "semangat Islami".

Baca juga: 500 Ribu Dosis Vaksin Virus Corona AstraZeneca Tiba di Afganistan

ISTMAN MP | AL JAZEERA


Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

1 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

2 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

3 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

3 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

6 hari lalu

Civitas Academica Universitas di Iran Adakan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Para mahasiswa, dosen dan staf di berbagai universitas di Iran mengadakan unjuk rasa pro-Palestina di masing-masing kampus.

Baca Selengkapnya

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

9 hari lalu

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

Militer Korea Selatan melarang anggotanya menggunakan iPhone bahkan Apple Watch. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

19 hari lalu

Universitas di Amerika Serikat Batalkan Pidato Wisuda Lulusan Berprestasi yang Pro-Palestina

University of Southern California (USC) di Amerika Serikat membatalkan pidato wisuda oleh seorang mahasiswi berprestasi pro-Palestina dengan alasan keamanan.

Baca Selengkapnya

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

21 hari lalu

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

TNI sebut pembunuhan oleh OPM terhadap Danramil Aradide sebagai pelanggaran HAM berat. Bagaimana kategori jenis pelanggaran HAM berat sesuai UU HAM?

Baca Selengkapnya

Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, Pelapor Khusus PBB Diancam

39 hari lalu

Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, Pelapor Khusus PBB Diancam

Pelapor khusus PBB Francesca Albanese, yang menerbitkan laporan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza, mengaku menerima ancaman

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

42 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya