Respon Kudeta, Jepang Bakal Tahan Bantuan Pembangunan ke Myanmar

Kamis, 25 Februari 2021 17:45 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jepang bakal menjadi negara berikutnya yang memberikan hukuman terhadap Myanmar terkait kudeta di sana. Dikutip dari Channel News Asia, Pemerintah Jepang tengah memfinalisasi rencana untuk menahan dana bantuan pembangunan ke Myanmar. Walau begitu, belum diketahui apakah penahanan dana bantuan tersebut akan dianggap sebagai sanksi atau tidak.

Beberapa pejabat pemerintah di Jepang, yang enggan disebutkan namanya, mengkonfirmasi rencana tersebut. Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato membantah kabar tersebut namun tidak menutup kemungkinannya terjadi.

"Terkait bantuan ekonomi terhadap Myanmar, kami akan terus memantau situasi di sana dengan melihat segala opsi yang ada dan tidak melibatkan prasangka," ujar Katsunobu Kato, Kamis, 25 Februari 2021.

Jepang, seperti kebanyakan negara Asia sejauh ini, relatif kalem dalam merespon situasi di Myanmar. Walau mereka mengecam apa yang terjadi di sana dan mengharapkan solusi demokratis, mereka belum memberikan sanksi tegas dalam bentuk apapun. Hal tersebut kontras dengan sikap negara-neara barat.

Selama ini, Jepang memang dekat dengan Myanmar. Selain mereka pendonor utama untuk pembangunan di Myanmar, bisnis-bisnis Jepang juga agresif berinvestasi di sana. Menurut Jepang, Myanmar adalah pasar Asia yang masih memiliki potensi untuk dikembangkan.

Berbagai pihak beranggapan Jepang belum berani bertindak tegas ke Myanmar karena faktor Cina. Apabila situasi di Myanmar ditangani dengan keras, Jepang khawatir Myanmar malah akan merapat ke Cina. Jika itu terjadi, hal itu akan menjadi pukulan telak atas konflik Jepang - Cina soal Indo-Pasifik, terutama terkait status Kepulauan Senkaku dan Laut Cina Timur.

Per berita ini ditulis, kudeta Myanmar sudah berlangsung selama hampir sebulan. Warga masih terus melakukan unjuk rasa, mendesak pemerintahan junta militer pimpinan Min Aung Hlaing untuk mundur. Mereka juga mendesak tahanan politik seperti Penasehat Negara Aung San Suu Kyi dibebaskan.

Di sisi lain, berbagai sanksi telah diterima oleh junta militer Myanmar. Beberapa di antaranya berasal dari Amerika, Kanada, Inggris, dan Uni Eropa. Sanksi secara spesifik menyasar pejabat-pejabat militer Myanmar. Mereka dianggap sebagai motor kudeta Myanmar.

Baca juga: Massa Pendukung dan Penentang Kudeta Myanmar Terlibat Bentrokan

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

OpenAI Memperluas Ekspansi dengan Membuka Kantor di Tokyo

13 jam lalu

OpenAI Memperluas Ekspansi dengan Membuka Kantor di Tokyo

OpenAI berekspansi ke Asia dengan membuka kantor baru di Tokyo, Jepang. Perusahaan ini merilis model GPT-4 yang dioptimalkan untuk Jepang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

14 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

18 jam lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

1 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

2 hari lalu

Hasil Piala Asia U-23 2024: Jepang Lolos ke Semifinal Usai Singkirkan Qatar, Skor 4-2

Timnas Jepang U-23 mengalahkan tuan rumah, Qatar, pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 lewat perpanjangan waktu.

Baca Selengkapnya

Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

2 hari lalu

Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

Menurut Walhi, pasca Perjanjian Paris, JBIC justru menjadi penyandang dana gas fosil terbesar di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

2 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Tawarkan Investasi Pembangunan TOD MRT Jakarta ke Jepang

2 hari lalu

Menhub Budi Karya Tawarkan Investasi Pembangunan TOD MRT Jakarta ke Jepang

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menawarkan investasi pembangunan Transit Oriented Development atau TOD di sepanjang jalur MRT Jakarta.

Baca Selengkapnya

Menhub Targetkan Groundbreaking Proyek MRT Jakarta pada Agustus 2024

2 hari lalu

Menhub Targetkan Groundbreaking Proyek MRT Jakarta pada Agustus 2024

Menhub Budi mengatakan bahwa proyek MRT Jakarta hingga saat ini berjalan sesuai rencana.

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Qatar vs Jepang di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

2 hari lalu

Preview Timnas U-23 Qatar vs Jepang di Perempat Final Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Qatar vs Jepang akan tersaji pada babak perempat final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hammad pada Kamis, 25 April 2024.

Baca Selengkapnya