Kabur dari Tindakan Represif, Hampir 5.000 Warga Hong Kong Ajukan Visa Inggris

Jumat, 19 Februari 2021 07:15 WIB

Pengunjuk rasa anti UU Keamanan Nasional Hong Kong berdemo pada hari peringatan penyerahan Hong Kong dari Inggris ke Cina, 1 Juli 2020. Ketika ribuan demonstran berkumpul di pusat kota untuk berdemonstrasi tahunan yang menandai hari peringatan penyerahan bekas jajahan Inggris ke Cina di 1997, polisi anti huru hara menggunakan semprotan merica untuk melakukan penangkapan, sementara toko-toko dan satu stasiun metro tutup. [REUTERS / Tyrone Siu]

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir 5.000 warga Hong Kong telah melamar untuk tinggal, bekerja, dan belajar di Inggris, di bawah skema visa baru yang membuka jalan menuju kewarganegaraan Inggris bagi orang-orang yang melarikan diri dari tindakan keras Cina di Hong Kong, surat kabar The Times melaporkan.

Inggris telah membuat perubahan pada aturan visanya untuk memberi jutaan penduduk Hong Kong kesempatan menetap di Inggris setelah Cina memberlakukan Undang-undang Keamanan Nasional Hong Kong, yang menurut para aktivis demokrasi akan mengakhiri kebebasan yang dijanjikan ke bekas koloni Inggris itu pada tahun 1997.

Dikutip dari Reuters, 19 Februari 2021, berdasarkan aturan baru visa baru Inggris, penduduk Hong Kong yang memegang paspor British National Overseas (BNO) akan diizinkan untuk tinggal di Inggris selama lima tahun dan kemudian mengajukan "status menetap" dan kewarganegaraan.

Sejauh ini sekitar setengah dari 5.000 permohonan yang diterima berasal dari warga Hong Kong yang sudah berada di Inggris, The Times melaporkan, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Sekitar 5,4 juta warga Hongkong bisa memenuhi syarat untuk mengajukan kewarganegaraan Inggris di bawah skema tersebut.

Advertising
Advertising

Orang-orang itu telah ditawari tempat tinggal sementara di Inggris Raya setelah melarikan diri dari tindakan keras UU Keamanan Nasional Hong Kong sambil menunggu perubahan visa.

Kementerian dalam negeri Inggris menolak berkomentar tentang informasi yang bocor oleh The Times. Seorang juru bicara mengatakan data tersebut akan dipublikasikan dalam beberapa bulan mendatang.

Polisi menahan sejumlah pendemo pro-demokrasi saat aksi protes ketika pembahasan undang-undang lagu kebangsaan di Hong Kong, Cina, Rabu, 27 Mei 2020. Aksi ini masih merupakan lanjutan dari aksi menentang Undang-undang Keamanan Nasional pada tahun lalu. REUTERS/Tyrone Siu

Inggris dan Cina telah berseteru selama berbulan-bulan tentang upaya Cina untuk membungkam perbedaan pendapat di Hong Kong setelah protes pro-demokrasi pada 2019 dan 2020.

Bendera Inggris diturunkan di atas Hong Kong ketika koloni itu diserahkan kembali ke Cina pada tahun 1997 setelah 150 tahun di bawah pemerintahan Inggris. Inggris memerintah Hong Kong setelah mengalahkan CIna dalam Perang Opium Pertama.

Otonomi Hong Kong dijamin di bawah perjanjian "satu negara, dua sistem" yang diabadikan dalam Deklarasi Bersama Sino-Inggris 1984 yang ditandatangani oleh Perdana Menteri China Zhao Ziyang dan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.

Baca juga: Warga Hong Kong Berburu HP Murah untuk Mengakali Aplikasi Pelacakan Kontak

Cina mengatakan pandangan Inggris tentang Hong Kong masih dikaburkan dengan penyakit lama kekaisaran. Cina mengatakan Hong Kong membutuhkan undang-undang keamanan nasional untuk melawan kerusuhan yang merusak.

Status BNO dibuat oleh Inggris pada tahun 1987 khusus untuk penduduk Hong Kong. Cina dan Hong Kong mengatakan mereka tidak akan lagi mengakui paspor BNO sebagai dokumen perjalanan yang sah mulai 31 Januari.

Pemerintah Inggris memperkirakan visa baru dapat menarik lebih dari 300.000 orang Hong Kong dan tanggungan mereka ke Inggris. Cina mengatakan skema itu akan menjadikan orang Hong Kong warga negara kelas dua di Inggris.

REUTERS

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

8 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

9 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

10 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

13 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

14 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

17 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

1 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya