Seorang pria memegang tanda dari jendela Radisson Blu Hotel di Bandara Heathrow, saat Inggris memperkenalkan program karantina di hotel untuk kedatangan dari "daftar merah" di 30 negara, di tengah wabah Covid-19 di London, Inggris, 16 Februari 2021. REUTERS/Hannah McKay
TEMPO.CO, Jakarta - Inggris menjadi negara pertama di dunia yang mengizinkan uji coba penularan COVID-19. Dalam uji coba tersebut, sukarelawan akan dihadapkan dengan COVID-19 pada lingkungan yang aman dan terkontrol untuk melihat bagaimana virus tersebut mempengaruhi kesehatan manusia.
Jika tidak ada halangan, uji coba itu akan dimulai pada bulan depan. Pesertanya kurang lebih 90 orang, berkondisi sehat, serta dengan rentang usia 18-30 tahun. Adapun virus COVID-19 yang akan dipaparkan ke mereka bukan varian baru, melainkan varian lama.
"Uji terhadap manusia ini akan mengambil lokasi di Inggris dan akan membantu peneliti untuk cepat memahami bagaimana virus COVID-19 mempengaruhi tubuh. Hal itu, pada akhirnya, juga akan mempercepat pengembangan vaksin," ujar Menteri Bisnis Inggris, Kwasi Kwarteng, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 17 Februari 2021.
Lebih lanjut, eksperimen ini akan dilakukan secara bertahap. Hal itu untuk melihat seberapa "banyak" paparan virus Corona diperlukan untuk membuat orang tertular. Mereka yang terlibat dalam uji coba ini dijanjikan Kwarteng bakal mendapat kompensasi.
Ada banyak lembaga yang terlibat dalam uji coba ini. Beberapa di antaranya adalah Imperial College London, NHS Foundation, perusahaan klinik hVIVO, dan masih banyak lagi.
Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 4 juta kasus dan 118 ribu kematian akibat COVID-19. Namun, angka kasus yang besar itu diimbangi dengan kampanye vaksinasi yang masif dan cepat.
Sebanyak 15,6 juta orang di Inggris telah menerima dosis pertama vaksin COVID-19. Sementara itu, untuk dosis kedua, sudah ada 546 ribu orang yang menerimanya.