Virus Corona, Tim Investigasi WHO Sebut Cina Tak Mau Beri Data

Minggu, 14 Februari 2021 07:00 WIB

Ekspresi seorang anak saat melakukan asam nukleat setelah adanyan kasus baru virus corona atau COVID-19 di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 16 Mei 2020. REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu tim investigasi, yang dipimpin WHO, mengklaim Cina telah menolak memberikan data mentah kasus-kasus awal Covid-19. Kondisi ini kemungkinan berpotensi mempersulit upaya untuk mencari tahu bagaimana wabah virus corona bermula.

Tim sebelumnya telah meminta data mentah pasien positif Covid-19 yang jumlahnya ada 174 kasus atau yang Cina mengidentifikasinya fase awal wabah virus corona di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019. Dominic Dwyer, ahli bidang penyakit infeksius dari Australia, yang merupakan anggota tim itu, mengatakan Cina hanya memberikan sebuah data kesimpulan.

Data mentah atau yang dikenal dengan nama daftar baris, biasanya akan dianonimkan. Akan tetapi, data ini mengandung detail informasi seperti pertanyaan – pertanyaan yang ditanyakan oleh pasien, bagaimana tubuh mereka merespon dan bagaimana respon mereka dianalisa.

“Itu adalah standar praktek untuk investigasi sebuah wabah,” kata Dwyer, Sabtu, 13 Januari 2021.

Menurutnya, penting untuk bisa mendapatkan akses pada data mentah mengingat separuh dari total 174 kasus itu tertular dari Pasar Huanan. Pasar Huanan adalah pusat grosir makanan laut (seafood) di jantung Ibu Kota Wuhan, di mana virus corona pertama kali terdeteksi.

Advertising
Advertising

“Untuk itulah kami konsisten meminta itu (data). Mengapa ini tidak terjadi (tidak dituruti), saya tidak bisa berkomentar. Apakah ini (karena) politik atau waktu atau ini sulit. Apapun alasannya, kenapa datanya tidak ada. Saya tidak tahu,” kata Dwyer.

Petugas keamanan berjaga di depan pasar saat tim WHO penyelidik asal-usul virus corona mengunjungi pasar makanan laut Huanan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, Ahad, 31 Januari 2021. Pasar Huanan masih berperan dalam menelusuri asal-usul virus, sejak cluster kasus pertama teridentifikasi di sana. REUTERS/Thomas Peter

Baca juga: Melacak Covid-19 ke Wuhan, Tim Peneliti Masih Ragu Soal Kelelawar

Dwyer mengakui otoritas Cina memberikan banyak bahan informasi. Sedangkan mengenai akses ke data mentah pasien akan disebutkan dalam laporan akhir tim.

“Orang-orang di WHO pasti merasa kalau mereka sudah menerima lebih banyak data dari yang mereka terima pada tahun sebelumnya. Jadi, itu sendiri merupakan sebuah kemajuan,” kata Dwyer.

WHO pada Jumat, 12 Februari 2021, mengatakan rencananya keseimpulan hasil temuan tim pencari fakta WHO akan dipublikasi awal pekan depan.

Investigasi yang dipimpin WHO telah mengalami keterlambatan, waswas atas akses data yang bakal diberikan atau tidak diberikan oleh Cina dan pertengkaran antara Beijing dengan Washington, yang menuding Cina menyembunykan sejauh mana awal-awal wabah virus corona ini terjadi serta kritikan atas kunjungan tim ahli dari Cina yang melakukan riset tahap pertama ke lokasi.

Sumber: Reuters

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

5 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

17 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

18 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

23 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

4 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

4 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya