Kudeta Myanmar Mempersatukan Kelompok Etnis yang Bertentangan

Jumat, 12 Februari 2021 13:01 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Perjuangan untuk mengakhiri kudeta mendorong kelompok-kelompok etnis di Myanmar yang selama ini berbeda pandangan untuk bersatu. Mereka sekarang membawa pesan yang sama, mendesak militer Myanmar untuk mengakhiri kudeta, mengakui hasil pemilu, dan membebaskan tahanan politik.

Salah satunya dinyatakan oleh Saw Mutu Saypho, pemimpin dari kelompok etnik bersenjata, Persatuan Karen Nasional (KNU). Ia meminta kelompok etnik manapun untuk menyingkirkan perbedaan dan bersama-sama menghentikan kudeta Myanmar.

"Kita harus bekerjasama untuk bisa mengakhiri kediktatoran ini," ujar Saypho, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 12 Februari 2001.

Kepada internal kelompoknya sendiri, Saypho pun mengimbau mereka untuk tidak menerima tawaran apapun dari junta militer. Pemimpin militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, dikabarkan membagi-bagikan posisi di pemerintahan kepada pimpinann-pimpinan kelompok etnik demi mengamankan pengaruhnya.

Dari KNU, sudah ada satu figur yang menerima tawaran posisi di pemerintahan. Ia adalah Phado Man Nyein Maung, mantan pemimpin senior dari KNU. Maung mengklaim eksperimen demokrasi di Myanmar sudah gagal sehingga jalan terbaik adalah bergabung dengan junta.

Selain KNU, kelompok etnik yang juga menentang kudeta Myanmar adalah Pasukan Budha Karen Demokratik (DKBA). Pecahan dari KNU itu turut serta dalam unjuk rasa di Myanmar beberapa hari terakhir. Sambil membawa senapan, mereka ikut berhadapan dengan aparat yang mencoba memukul mundur pendemo.

Sosok Min Aung Hlaing kembali disorot bersamaan dengan dugaan penindasan yang dilakukan militer terhadap Muslim Rohingya pada 2017. Penyelidik PBB mengatakan operasi militer Myanmar termasuk pembunuhan massal, pemerkosaan geng dan pembakaran yang meluas dan dilakukan dengan niat genosida. REUTERS/Ann Wang


Masih banyak lagi kelompok etnik yang bergabung ke perjuangan yang sama. Beberapa nama lain yang bisa disebut adalah Pasukan Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA), Dewan Restorasi Shan (RCSS), Tentara Arakan (AA), Pasukan Kemerdekaan Kachin (KIA), dan masih banyak lagi.

"Semoga kediktatoran militer di Myanmar jatuh," ujar pemimpin TNLA di laman Facebook-nya, sambil memberikan salam tiga jari, salut dari film Hunger Games yang menjadi simbol pemberontakan di Asia Tenggara.

Selama ini, kelompok-kelompok etnik tersebut terpecah-pecah ke berbagai wilayah. Ada yang di utara, selatan, maupun wilayah lainnya. Mereka "tersingkirkan" oleh dominasi Buddhis Bamar yang menjadi mayoritas di Myanmar. Sebagai minoritas, kelompok-kelompok etnik merasa termarginalkan dan ditekan.

Banyak dari mereka menganggap kepemimpinan Penasehat Negara Aung San Suu Kyi, sebelum dikudeta, gagal. Mereka tidak merasakan damai antar etnik yang dijanjikan olehnya dalam kampanye beberapa tahun lalu.

Meski menganggap kepemimpinan Suu Kyi gagal, beberapa kelompok etnik juga ragu merapat ke kubu Min Aung Hlaing. Hal itu berkaitan dengan pembantaian kelompok minoritas Rohingya di Rakhine pada 2017. Hal itu dianggap menjadi preseden buruk soal kepemimpinan militer.

Min Aung Hlaing dikabarkan mencoba menyingkirkan anggapan tersebut dan merangkul para pemimpin kelompok etnik. Ia menjual janji Aung San Suu Kyi yang belum ditepati. Namun, ia menambahkannya dengan tawaran bergabung ke pemerintahan Myanmar seperti disebutkan sebelumnya.

Baca juga: 10 Pejabat Militer Myanmar Kena Sanksi Amerika Karena Kudeta

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

22 jam lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

5 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

7 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

7 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

10 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

10 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

11 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

12 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

13 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

19 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya