PBB Terima Rancangan Resolusi untuk Krisis Myanmar

Jumat, 12 Februari 2021 10:00 WIB

Para pengunjuk rasa mengangkat tanda yang menunjukkan pita merah selama unjuk rasa menentang kudeta militer dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, di Naypyitaw, Myanmar, 9 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Rancangan resolusi PBB untuk krisis Myanmar secara resmi diajukan oleh Inggris dan Uni Eropa pada Kamis, sehari sebelum Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengadakan sesi khusus tentang krisis yang dipicu oleh kudeta militer 1 Februari.

Sejauh ini 22 dari 47 negara anggota forum telah mensponsori teks tersebut, menurut perwakilan Inggris untuk PBB di Jenewa, Reuters melaporkan, 12 Februari 2021.

Cina dan Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan militer Myanmar, telah melobi untuk melunakkan bahasa dalam teks resolusi itu, kata para diplomat. Para pengusul berharap bahwa sebuah teks dapat diadopsi dengan suara bulat untuk mengirimkan sinyal yang kuat, kata diplomat.

"Kami yakin bahwa resolusi itu mendapat dukungan untuk disahkan," kata seorang diplomat Barat, dikutip dari Reuters.

Bahasa dalam resolusi Eropa tampak agak lebih halus dari rancangan awal yang diedarkan secara informal yang akan mengutuk kudeta.

Advertising
Advertising

Teks terbaru "sangat menyesalkan" kudeta tersebut, tetapi masih menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi dan pejabat lainnya, serta akses bagi pemantau hak asasi manusia PBB ke Myanmar.

Amerika Serikat, yang kembali bergabung ke Dewan HAM PBB minggu ini, termasuk di antara pemantau yang mendukung permintaan untuk mengadakan sesi tersebut.

Baca juga: Cina Bantah Kirim Pesawat Untuk Bantu Kudeta Militer Myanmar

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Rabu bahwa dia telah menyetujui perintah eksekutif yang membuka jalan bagi sanksi baru AS terhadap pemimpin kudeta Min Aung Hlaing dan rekan-rekan jenderalnya atas kudeta militer Myanmar.

Protes kudeta telah ditindak keras oleh polisi ketika seorang perempuan berusia 20 tahun kritis ditembak di bagian kepala.

Pelapor Khusus Dewan HAM PBB, Tom Andrews, seorang ahli hak asasi manusia independen, memperingatkan bahwa semua anggota pasukan keamanan, apapun pangkatnya, memiliki kewajiban berdasarkan hukum internasional untuk tidak menggunakan kekuatan yang berlebihan, dan bahwa mereka berisiko dituntut jika melakukannya.

"Personel militer dan polisi Myanmar perlu tahu bahwa 'mengikuti perintah' bukanlah alasan pembelaan diri untuk melakukan kekejaman dan pembelaan semacam itu akan gagal, terlepas dari tempat mereka dalam rantai komando,” katanya pada Rabu, dikutip dari UN News.

"Petugas, apapun pangkatnya, dapat dianggap bertanggung jawab secara pidana atas kejahatan internasional, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan yang melibatkan pembunuhan, penghilangan paksa, penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan," tegas pakar hak asasi manusia itu.

Sebuah spanduk yang dipasang di Yangon pada 10 Februari 2021, menunjukkan seorang pengunjuk rasa perempuan yang terluka oleh luka tembak di kepala ketika polisi menindak pengunjuk rasa pada 9 Februari 2021 di Naypyitaw, Myanmar. [REUTERS / Stringer]

Kudeta dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi bersama dengan sejumlah orang lainnya telah memicu demonstrasi terbesar sejak Revolusi Saffron 2007 yang akhirnya menjadi langkah menuju perubahan demokrasi.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing menyampaikan pidato untuk pertama kalinya di depan umum, menyalahkan "orang-orang yang tidak bermoral" atas pembangkangan sipil yang dimulai oleh petugas medis, guru, pekerja kereta api dan pegawai pemerintah lainnya, Reuters melaporkan.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh layanan informasi militer, dia juga mendesak masyarakat untuk menghindari pertemuan, yang menurutnya akan memicu penyebaran virus corona.

Para pengunjuk rasa berkumpul di seluruh negeri pada hari Kamis.

Ratusan pekerja berbaris di jalan di ibu kota Naypyitaw, meneriakkan slogan-slogan anti-junta dan membawa slogan yang mendukung Suu Kyi. Ribuan orang berdemonstrasi di kota utama Yangon.

Ratusan pengunjuk rasa juga berdemonstrasi di luar kedutaan besar Cina, menuduh Beijing mendukung junta militer meskipun Cina menyangkal. Mereka juga membawa foto Aung San Suu Kyi, menuntut dia serta aktivis pro demokrasi Myanmar lainnya dibebaskan.

REUTERS | UN NEWS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

4 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

1 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

1 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

3 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

4 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

5 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

5 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

6 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya