DK PBB Desak Militer Myanmar Bebaskan Aung San Suu Kyi

Jumat, 5 Februari 2021 13:39 WIB

Aung San Suu Kyi saat merayakan Thingyan atau festival tahun baru Myanmar di depan rumahnya di Yangon 16 April 2012. Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Mynt dan sejumlah tokoh senior dari Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD) ditangkap dalam penggerebekan pagi ini. REUTERS/Soe Zeya Tun/File Photo

TEMPO.CO, - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan pembebasan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan lainnya yang ditahan oleh militer dalam kudeta Senin kemarin. Namun dalam pernyataannya, DK PBB tidak mengutuk kudeta tersebut.

"Menekankan perlunya menegakkan lembaga dan proses demokrasi, menahan diri dari kekerasan, dan sepenuhnya menghormati hak asasi manusia, kebebasan fundamental dan aturan hukum," bunyi keterangan resmi DK PBB seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 5 Februari 2021.

Bahasa dalam pernyataan itu dinilai lebih halus daripada draf asli yang dibuat Inggris. Pernyataan ini juga tidak menyebutkan kudeta. Sikap ini ditengarai untuk mendapatkan dukungan dari Cina dan Rusia, anggota DK PBB yang secara tradisional melindungi Myanmar. Cina juga memiliki kepentingan ekonomi yang besar di Myanmar dan hubungan dengan militer.

Advertising
Advertising

Misi PBB di Cina mengatakan Beijing berharap pesan utama dalam pernyataan itu dapat diperhatikan oleh semua pihak dan mengarah pada hasil yang positif di Myanmar. Belum ada komentar dari pemerintah Myanmar terkait hal ini.

Baca juga: Digunakan 50 Juta Warga, Facebook Menjadi Musuh Kudeta Myanmar

Di tempat lain, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendesak militer Myanmar untuk menyerahkan kekuasaan dan membebaskan para pejabat dalam kudeta Senin kemarin. Hal ini Biden sampaikan dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya pada Kamis.

Joe Biden mengatakan Amerika Serikat sedang bekerja dengan sekutu dan mitra untuk mengatasi kudeta militer serta penangkapan terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan warga sipil lainnya. "Tidak ada keraguan bahwa kekuatan demokrasi tidak pernah berusaha untuk mengesampingkan keinginan rakyat atau berusaha untuk menghapus hasil pemilu yang kredibel," katanya.

"Militer Burma harus melepaskan kekuasaan yang telah mereka rebut dan membebaskan para pendukung dan aktivis serta pejabat yang telah mereka tangkap, mencabut pembatasan telekomunikasi dan menahan diri dari kekerasan," katanya soal kudeta Myanmar.

Transisi Myanmar yang panjang dan bermasalah menuju demokrasi tergelincir pada hari Senin ketika komandan militer Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan. Militer menuding ada penyimpangan dalam pemilihan November yang dimenangkan oleh partai Aung San Suu Kyi dengan telak. Komisi pemilihan mengatakan pemungutan suara itu adil.

Peraih Nobel Perdamaian Suu Kyi, 75, tidak terlihat sejak penangkapannya. Polisi Myanmar telah mengajukan tuntutan terhadapnya karena mengimpor secara ilegal dan menggunakan enam radio walkie-talkie yang ditemukan di rumahnya.

REUTERS

https://www.reuters.com/article/idUSKBN2A42K5?il=0

Berita terkait

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

3 jam lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

11 jam lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

1 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

2 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

2 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

3 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

3 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

4 hari lalu

Jamaika secara Resmi Mengakui Palestina sebagai Negara

Jamaika secara resmi mengumumkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara setelah musyawarah kabinet.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

5 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya