Digunakan 50 Juta Warga, Facebook Menjadi Musuh Kudeta Myanmar

Jumat, 5 Februari 2021 12:10 WIB

Seorang wanita nampan dari besi saat melakukan aksi protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 4 Februari 2021. Militer Myanmar mengatakan mengambil alih kekuasaan di negara itu selama satu tahun ke depan. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Militer Myanmar, Facebook adalah musuh. Platform media sosial bentukan Mark Zuckerberg itu digunakan nyaris separuh populasi Myanmar. Dengan jumlah pengguna lebih dari 50 juta orang, Facebook bisa menjadi alat perlawanan yang ampuh jika digunakan dengan benar. Tidak ingin hal tersebut terjadi, Facebook pun diblokir pada hari Kamis kemarin.

Deputi Direktur Human Rights Watch Asia, Phil Robertson, mengatakan bahwa Militer Myanmar sudah lama memandang Facebook sebagai masalah. Selama bertahun-tahun platform itu tak hanya digunakan sebagai kanal perlawanan, tetapi juga menerapkan kebijakan tegas yang menyasar ke militer. Alhasil, penutupan Facebook menjadi hal prioritas ketika Kudeta Myanmar digelar.

"Seiring dengan makin banyaknya warga Myanmar yang beralih ke online untuk meroganisir kampanye pemberontakan sipil, menutup akses menjadi prioritas utama," ujar Robertson, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 5 Februari 2021.

Facebook memang memiliki banyak cerita di Myanmar, terutama dnegan militernya. Di tahun 2018, Facebook menutup akun Jenderal Militer Min Aung Hlaing beserta 19 pejabatnya. Tak berhenti di situ, Facebook juga menghapus ratusan postingan Militer Myanmar atas alasan penipuan yang terkoordinir. Sebagaimana diketahui, Min Aung Hlaing belakangan menjadi pelaku kudeta Myanmar.

Ketika Pemilu Myanmar akan digelar pada November tahun lalu, Facebook lagi-lagi berurusan dengan militer Myanmar yang dikenal juga sebagai Tatmadaw. Sepanjang periode pemilu, Facebook menghapus 70 akun yang dioperasikan oleh personil militer Myanmar. Alasan disinformasi dan misinformasi kembali jadi alasan.

Baca juga: Myanmar Blokir Media Sosial, Rakyat Andalkan VPN dan Signal



Penutupan oleh Facebook tak serta merta menghentikan militer Myanmar. Sebelum kudeta Myanmar terjadi dan kemudian akses Facebook diblokir, berbagai akun pro-kudeta sudah muncul. Akun-akun itu, dua hari sebelum kudeta, mendesak militer Myanmar mengambil alih pemerintahan. Hal itu seakan-akan memberi legitimasi bahwa ada desakan dari masyarakat.

Facebook sempat menutup puluhan akun lagi sebelum diblokir. Dalam akun-akun yang ditutup, isinya berupa post-post terkoordinir yang mengkritik Penasehat Negara Aung San Suu Kyi, jurnalis, dan aktivis. Menteri Informasi yang diangkat militer, Chit Hlaing, bahkan termasuk yang akunnya diblokir.

"Facebook menghapus misinformasi yang mencoba mendelegitimasi hasil pemilu November 2020," ujar Direktur Facebook Asia Tenggara, Rafael Frankel. Seperti diketahui, Militer Myanmar menganggap hasil pemilu tahun lalu tak sah.

Apabila mengacu pada edaran yang beredar kemarin, Facebook hanya akan ditutup sementara waktu. Kementerian Komunikasi dan Informasi Myanmar berencana membuka kembali akses Facebook, dan aplikasi lain yang berada di bawah benderanya, pada 7 Februari nanti. Kementerian beralasan, Facebook telah digunakan untuk menyebar berita bohong dan misinformasi yang mengganggu stabilitas Myanmar.

Sementara Facebook diblokir, termasuk Whatsapp, warga Myanmar mencari cara alternatif. Khine, salah satu warga lokal Myanmar, berkata kepada Tempo bahwa pemblokiran Facebook bisa diakali dengan VPN. Untuk Whatsapp, dirinya beralih ke aplikasi Signal untuk sementara waktu.

"Namun, pemblokiran Facebook itu sama saja memblokir internet," ujar advokat hak asasi manusia, Rafael Frankel.

Baca juga: Kudeta Myanmar Untuk Ambisi Jenderal

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

https://www.channelnewsasia.com/news/asia/facebook-myanmar-blocked-military-government-aung-san-suu-kyi-14117254

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

9 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

14 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya