Amerika Belum Selesai Mengkaji Sanksi Terkait Kudeta Myanmar

Kamis, 4 Februari 2021 14:20 WIB

Tentara Myanmar terlihat di dalam Balai Kota di Yangon, Myanmar 1 Februari 2021. Panglima militer Myanmar, Min Aung Hlaing, mengatakan militer akan menggelar pemilu baru segera setelah menyelesaikan implementasi status darurat. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Meski secara resmi sudah mengakui aksi militer di Myanmar sebagai bentuk kudeta, Amerika belum juga menentukan sanksi. Dikutip dari kantor berita Reuters, Amerika masih mengkaji kira-kira sanksi apa yang pas terkait kudeta Myanmar.

"Saya tidak bisa menyebutkan kapan tepatnya (Amerika mengeluarkan sanksi). Namun, saya bisa mengatakan bahwa hal itu sudah menjadi prioritas kami. Tim kami fokus pada hak serta dampak dari sanksi-sanksi yang bisa diberikan," ujar juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, pada Rabu waktu setempat, 3 Februari 2021.

Seperti diberitakan sebelumnya, situasi di Myanmar memanas sejak Senin kemarin. Militer Myanmar, yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing, merebut pemerintahan yang ada. Hal itu dimulai dengan menangkap sejumlah pejabat negara Myanmar dan berlanjut hingga pemecatan para menteri yang bertugas. Beberapa yang mereka tangkap adalah Penasehat Negara Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint.

Adapun bibit kudeta Myanmar ini sudah terasa sejak tahun lalu ketika partai militer Myanmar, USDP (Union Solidarity and Development Party), kalah dari partai sipil pimpinan Aung San Suu Kyi, NLD (National League for Democracy). USDP menganggap ada kecurangan di pemilu tersebut sehingga menyakini pemerintahan yang ada sekarang tidak sah.

Baca juga: Setelah Thailand, Salam Tiga Jari Hunger Games Muncul di Kudeta Myanmar

Sejumlah tenaga kesehatan memberikan salam tiga jari dan mengenakan pita merah sebagai bentuk protes terkait kudeta militer, di Rumah Sakit Umum Yangon, Myanmar, 3 Februari 2021. REUTERS/Stringer


Perkembangan terbaru, rakyat melawan di Myanmar. Mereka membentuk Gerakan Pemberontakan Sipil yang diawali dengan mogok kerjanya para dokter dan staf medis di sana. Mereka tidak mau melayani pemerintahan militer. Sementara itu, soal Aung San Suu Kyi dan Win Myint, terungkap keduanya dijadikan tersangka oleh Kepolisian Myanmar dan akan ditahan hingga 15 Februari nanti.

Menanggpi perkembangan terbaru itu, pemerintah Amerika menegaskan bahwa mereka merasa 'terganggu'. Amerika kemudian kembali mengulang desakan agar militer Myanmar segera mengakhiri kudeta terkait dan membebaskan para pejabat militer yang mereka tahan.

"Kami meminta militer Myanmar untuk segera membebaskan semua tahanannya," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Ned Price.

Dengan status kudeta yang sudah ditetapkan resmi oleh Amerika, Myanmar sesungguhnya sudah mendapat sanksi awal. Sesuai aturan yang berlaku di Amerika, pemerintah wajib memblokir dana bantuan ke Myanmar, terutama yang ditujukan kepada pemerintah.

Untuk sanksi lanjutan terkait kudeta Myanmar, Amerika bisa memilih sanksi personal atau kepada pemerintahan. Terakhir Amerika memberi sanksi kepada Myanmar, hal itu terjadi di tahun 2019. Mantan Presiden Donald Trump memberi sanksi kepada empat figur militer Myanmar, salah satunya adalah Min Aung Hlaing, terkait krisis Rohingya.

Baca juga: PBB Berjanji Lakukan Tekanan Global untuk Gagalkan Kudeta Myanmar

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-usa-myanmar-biden/white-house-says-u-s-continuing-to-review-sanctions-on-myanmar-idUSKBN2A32VL?il=0

Berita terkait

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

3 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

3 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

4 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

4 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

5 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

6 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

6 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

6 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

6 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

Pejabat Arab dan Muslim Serukan 'Sanksi Efektif' terhadap Israel

6 hari lalu

Pejabat Arab dan Muslim Serukan 'Sanksi Efektif' terhadap Israel

Pejabat Arab dan Muslim di Riyadh mendesak masyarakat internasional untuk menjatuhkan "sanksi efektif" terhadap Israel atas kejahatan perangnya.

Baca Selengkapnya