Tanggapi Kudeta Myanmar, Joe Biden Ancam Berlakukan Sanksi Berat

Selasa, 2 Februari 2021 11:40 WIB

Tentara Myanmar terlihat di dalam Balai Kota di Yangon, Myanmar 1 Februari 2021. Panglima militer Myanmar, Min Aung Hlaing, mengatakan militer akan menggelar pemilu baru segera setelah menyelesaikan implementasi status darurat. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika merespon keras kudeta Myanmar. Dikutip dari kantor berita Reuters, Presiden Joe Biden mengancam akan memberlakukan lagi sanksi untuk Myanmar jika Militer Myanmar tak segera menghentikan kudetanya.

"Kudeta tersebut adalah serangan terang-terangan terhadap transisi Myanmar menuju negara yang demokratis serta hukum yang berlaku," ujar Joe Biden pada Senin kemarin, 1 Februari 2021.

Sebelumnya, Amerika sempat menerapkan berbagai sanksi ke Myanmar, mulai dari sanksi personal hingga sanksi ekonomi. Misalnya, di tahun 1997, Amerika melarang adanya investasi baru di Myanmar. Contoh lain, di tahun 2012, Amerika memberi sanksi terhadap figur-figur yang mengancam kedamaian, keamanan, serta stabilitas Myanmar.

Sanksi-sanksi tersebut berlangsung selama belasan tahun. Tahun 1997 adalah tahun pertama Amerika memberlakukan sanksi ke Myanmar. Sejak saat itu, sanksi-sanksi baru terus bertambah hingga akhirnya Amerika memutuskan untuk mulai melonggarkannya secara kasus per kasus mulai 2016.

Pertimbangan Amerika memberikan pelonggaran, Myanmar sudah menunjukkan niat transisi ke pemerintahan yang lebih demokratis. Namun, jika niat itu berbalik seperti semula, maka sanksi berat akan diberikan lagi. Sanksi yang tersisa di Myanmar, sejauh ini, adalah sanksi personal kepada Jenderal Min Aung Hlaing beserta ketiga bawahannya yang terlibat dalam kudeta saat ini.

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang rencana pemerintahannya untuk memperkuat manufaktur Amerika selama penampilan singkat di South Court Auditorium di Gedung Putih di Washington, AS, 25 Januari 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]

Joe Biden tidak hanya mengancam akan memberlakukan sanksi-sanksi itu. Ia juga mengajak berbagai negara untuk bersama-sama mengecam kudeta yang ada. Hal itu kontras dengan gaya pendahulunya, Donald Trump, yang lebih senang jalan sendiri.

"Komunitas internasional harus bersatu, menjadi satu suara untuk menekan militer Myanmar agar segera melepas pemerintahan yang baru saja mereka rebut, untuk melepas aktivis serta pejabat yang mereka tahan."

"Amerika menghapus sanksi ke Myanmar dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan perkembangannya menuju demokrasi. Apa yang terjadi sekarang adalah kebalikannya sehingga diperlukan lagi kajian pemberian sanksi dan aksi yang perlu dilakukan," ujar Joe Biden menegaskan.

Menanggapi pernyataan Joe Biden, analis beranggapan bahwa pengaruh Amerika tidak akan seberapa besar. Dengan kata lain, daya tawar Amerika kecil. Hal itu dikarenakan para pejabat militer Myanmar tak tampak memiliki niatan untuk pergi ataupun berbisnis dengan Amerika.

"Jadi, kecil kemungkinan ancaman Joe Biden itu akan memberikan dampak langsung ke para jenderal di Myanmar," ujar Greg Poling dan Simon Hudes, analis dari Center for Strategic and Intenational Studies, saol kudeta Myanmar.

Baca juga: Mengenal Min Aung Hlaing, Pemimpin Tertinggi Militer Myanmar

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-myanmar-politics-usa/biden-threatens-u-s-sanctions-after-myanmar-coup-launches-policy-review-idUSKBN2A1322?il=0

Berita terkait

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

13 jam lalu

Tinjauan Psikologi Ihwal Xenophobia

Xenophobia sebagai fenomena psikologis melibatkan ketakutan, ketaksukaan, atau kebencian ke individu atau kelompok yang dianggap asing atau beda.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

15 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

1 hari lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

1 hari lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

1 hari lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

1 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

4 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

5 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

5 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

5 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya