Perencana Aksi Terorisme ke Masjid Singapura Lakukan Radikalisasi Mandiri
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Rabu, 27 Januari 2021 19:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Keamanan Internal (ISD) mengungkapkan bahwa remaja yang merencanakan aksi terorisme ke dua masjid Singapura adalah hasil radikalisasi. Namun, radikalisasi tersebut tidak dilakukan oleh kelompok tertentu melainkan oleh remaja itu sendiri.
Dikutip dari Channel News Asia, radikalisasi mandiri itu dimulai dari kekaguman sang remaja atas aksi-aksi kekerasan. ISD berkata, remaja berusia 16 tahun itu rajin mengunjungi situs-situs yang memperlihatkan aksi-aksi kekerasan yang sadis. Hal itu kemudian diperburuk dengan materi-materi propaganda ISIS.
"Di tahun 2019, ia melihat video propaganda ISIS ketika mencari video-video kekerasan. Video ISIS tersebut, yang memperlihatkan ekskusi terhadap warga Ethiopia, membuatnya marah. Ia kemudian salah kaprah menyimpulkan Islam mengajarkan pengikutnya untuk membunuh," ujar ISD dalam keterangan persnya, Rabu, 27 Januari 2021.
Puncaknya, kata ISD, adalah ketika remaja keturunan India tersebut melihat manifesto dari pelaku penembakan di Christchurch, Brenton Tarrant. Pengakuan sang remaja, video itu membuatnya bergairah dan memantapkan keyakinan untuk menganut ideologi Anti-Muslim.
Baca juga: Remaja Singapura Ditangkap Karena Merencanakan Aksi Terorisme ke 2 Masjid
Adapun rencana serangan terorisme ke dua masjid Singapura dibuat pada Oktober lalu. ISD menyatakan, pemicunya adalah kasus terorisme di Nice, Prancis. Dalam peristiwa itu, seorang teroris membunuh tiga warga Prancis di kompleks Gereja Notre-Dame, Nice.
Hal itu membuat remaja non-Muslim tersebut berkeyakinan bahwa serangan teror dari Muslim hanyalah masalah waktu. Ia pun mulai menyusun rencananya, mulai dari membuat dua manifesto untuk disebarkan sebelum beraksi hingga memilih targetnya. Penembakan di Christchurch menjadi inspirasi utamanya.
Awalnya ia akan beraksi menggunakan senjata api, persis Brenton Tarrant di penembakan Christchurch. Namun, dirinya menyerah usai mendapati betapa sulitnya mendapatkan senapan ataupun pistol di Singapura. Ia menggantinya dengan senjata tajam berupa golok Kukri, senjata resimen Gurkha.
"Jika rencana dia berhasil, hal itu akan menimbulkan ketakutan serta konflik rasial dan keagamaan," ujar Menteri Urusan Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam.
Baca juga: Perencana Serangan Terorisme ke Masjid Singapura Ingin Sebarkan Pesan Radikal
Atas aksinya, remaja itu ditahan pada Desember lalu. ISD bermodal laporan intelijen yang mengatakan seorang warga Singapura hendak melakukan aksi teror. Adapun ia menjadi warga Singapura termuda yang dijerat dengan Hukum Keamanan Internal terkait Aksi Terorisme.
Tahap selanjutanya, remaja terkait akan menjalani deradikalisasi. Karena selama ini fasilitas rehabilitasi condong ditujukan untuk teroris-teroris Muslim, maka ISD akan melakukan sejumlah penyesuaian. Selain itu, ia akan tetap menjalani pendidikannya dari lokasi rehabilitasi dan boleh dikunjungi oleh orang tuanya setiap 30 hari.
"Kasus ini menunjukkan bahwa paham-paham ekstrim bisa masuk di antara warga Singapura dan menjadikan mereka radikal, terlepas apa ras maupun agamanya," ujar ISD soal tantangan memberantas terorisme di Singapura.
Baca juga: Siapkan Aksi Terorisme, Remaja Singapura Tiru Pelaku Penembakan di Christchurch
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA
https://www.channelnewsasia.com/news/singapore/16-year-old-singaporean-detained-isa-planned-attack-2-mosques-14052400