Jelang Pelantikan Joe Biden, Ini 5 Tradisi yang Berlaku di Amerika
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Rabu, 20 Januari 2021 20:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Terpilih Joe Biden akan dilantik pada hari ini pukul 11:30 waktu setempat. Seperti pemberitaan beberapa hari terakhir, pelantikannya tidak akan semeriah pelantikan presiden-presiden pendahulunya karena situasi pandemi COVID-19 dan ancaman serangan ekstrimis.
Dalam pelantikan seorang Presiden Amerika, berbagai tradisi berlaku. Ada yang sifatnya wajib, ada juga yang tidak. Berikut beberapa hal soal tradisi pelantikan Presiden Amerika yang perlu diketahui:
1. Parade, Makan Siang, dan Pesta Tidak Wajib
Tradisi selama ini, pelantikan Presiden Amerika selalu diikuti dengan acara makan siang bersama, parade, dan juga pesta. Dalam pesta tersebut, biasanya, berbagai selebritas akan dilibatkan untuk menghibur warga Amerika. Namun, hal-hal itu tidak diatur dalam konstitusi.
Konstitusi hanya menyatakan bahwa pelantikan seorang Presiden Amerika Terpilih adalah pengucapan sumpah. "Saya bersumpah dengan sepenuh hati akan menjalankan Kantor Kepresidenan Amerika Serikat dan dengan segenap kemampuan saya menjaga, melindungi, dan mempertahankan konstitusi dari Amerika Serikat," bunyi dari sumpah Presiden Amerika Terpilih.
2. Pemandu Sumpah Presiden Tidak Harus Hakim Agung
Tradisi selama ini, pengucapan sumpah oleh Presiden Amerika Terpilih dipandu oleh hakim agung. Namun, hal itu sifatnya tak mengikat. Jika hakim agung tak bisa, ia bisa digantikan oleh siapapun. Selain itu, tidak harus pria, perempuan pun boleh.
Satu-satunya perempuan yang memandu pengucapan sumpah Presiden Amerika adalah Sarah Hughes. Dia juga bukan hakim agung, tetapi hakim di pengadilan distrik Texas. Ia memandu pengucapan sumpah Lyndon B Johnson di atas pesawat Air Force One karena situasi darurat pasca tewasnya mantan Presiden John F Kennedy.
3. Presiden Tidak Harus Menaruh Tangan di Alkitab
Tradisi selama ini, Presiden Amerika Terpilih menaruh tangannya di atas alkitab ketika mengucapkan sumpahnya. Lagi-lagi hal ini sifatnya tradisi, tidak mengikat. Bahkan, Presiden Amerika Terpilih boleh menggunakan lebih dari satu alkitab dalam pengucapan sumpahnya.
Mantan Presiden Barack Obama menggunakan dua alkitab ketika mengucapkan sumpahnya. Sementara itu, mantan Presiden Theodore Roosevelt tidak menggunakan alkitab sama sekali.
4. Presiden Tidak Harus Membacakan Pidato
Tradisi selama ini, Presiden Amerika Terpilih membacakan pidato dalam pelantikannya. Isinya bisa beragam, mulai dari visi pemerintahan sang presiden hingga situasi ketika ia dilantik. Sebagai contoh, ketika mantan Presiden Bill Clinton dilantik, ia menyinggung soal komunisme karena pelantikannya berdekatan dengan jatuhnya Uni Soviet. Namun, seperti sebelum-sebelumnya, pidato ini tidak wajib.
Rekor pidato terpendek, menurut catatan sejarah, adalah dari mantan Presiden George Washington. Pidatonya hanya 135 kata. Pidato terpanjang dari mantan Presiden William Henry Harrison, 8000 kata. Mitos yang beredar, Harrison sampai demam karena membaca pidato panjangnya di tengah udara dingin.
5. Harus Digelar di US Capitol
Sebelumnya, dalam situasi darurat, pelantikan Presiden Amerika Terpilih bisa dilakukan di tempat lain. Mantan Presiden Franklin D. Roosevelt dilantik di kantornya. Alasannya, ia dilantik di tengah situasi Perang Dunia II.
Sejak Amandemen ke-22, pelantikan di tempat lain dilarang. Pelantikan harus digelar di US Capitol. Itulah kenapa, meski pandemi COVID-19 dan serangan ekstrimis mengancam, Joe Biden tetap dilantik di US Capitol. Untuk memastikan pelantikannya aman, kota Washington ditutup dan 20.000 personil Garda Nasional dikerahkan. Uniknya, ini pelantikan kedua dalam suasana lockdown sejak kematian mantan Presiden Amerika Abraham Lincoln.
Baca juga: Jelang Pelantikan Joe Biden, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
ISTMAN MP | CNN
https://edition.cnn.com/2021/01/19/politics/how-inauguration-works-us-president/index.html