Langgar UU Keamanan Nasional Hong Kong, 50 Aktivis Ditangkap Pemerintah

Rabu, 6 Januari 2021 17:00 WIB

Aktivis pro-demokrasi Joshua Wong dan Agnes Chow tiba di Pengadilan Hong Kong Timur dengan van polisi setelah ditangkap karena dicurigai mengorganisir protes ilegal, di Hong Kong, Cina, 30 Agustus 2019.[REUTERS / Tyrone Siu]

TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 50 aktivis pro-demokrasi di Hong Kong ditangkap oleh aparat. Mereka diduga telah melanggar UU Keamanan Nasional Hong Kong yang dikenal represif itu. Adapun penangkapan tersebut menjadi yang terbesar dalam sejarah perlawanan terhadap kelompok pro-demokrasi Hong Kong.

Di antara jajaran aktivis yang ditangkap, beberapa di antaranya adalah mantan anggota Parlemen Hong Kong. Contohnya adalah James To, Lam Cheuk-ting, dan Lester Shum.

"Kepolisian menangkap para aktivis tersebut karena berpartisipasi dalam kegiatan independen untuk memilih figur demokrat yang akan maju ke pemilu legislatif," ujar keterangan press Partai Demokrat Hong Kong, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 6 Januari 2021.

Partai Demokrat melanjutkan, pertemuan itu dianggap Kepolisian sebagai upaya untuk mengganggu Pemerintah Hong Kong saat ini. Alhasil, masuk dalam kategori pelanggaran UU Keamanan Nasional Hong Kong yang mengatur banyak hal mulai dari pengkhianatan, subversi, terorisme, hingga kolusi dengan pihak asing. Sebagai catatan, UU itu disahkan oleh Parlemen Cina dan Hong Kong.

Niatan itu diakui oleh Partai Demokrat Hong Kong. Mereka mengaku ingin mencoba memenangkan kursi sebanyak mungkin di Parlemen Hong Kong. Dengan begitu, mereka akan lebih leluasa untuk menghalangi kebijakan-kebijakan represif dan mendorong reformasi.

"Tindakan kami dilihat sebagain tindakan subversi, melanggar UU Keamanan Nasional Hong Kong," ujar Partai Demokrat.

Sejak UU Keamanan Nasional Hong Kong diterapkan, banyak material dan aktivis yang pro-demokrasi diberangus. Beberapa aktivis yang sudah ditangkap sebelumnya mulai dari taipan media Jimmy Lai hingga aktivis muda Joshua Wong yang dipidana penjara akibat menggelar demonstrasi secara ilegal.

Beberapa aktivis tetap bertahan di Hong Kong meski situasi kian darurat. Namun, tidak sedikit juga yang mencoba mengungsi ke negara lain dan berhasil. Contohnya adalah Nathan Law yang berhasil kabur ke Inggris pada Juli 2020. Inggris memang menawarkan kewarganegaraan untuk warga Hong Kong yang mengungsi.

"Upaya pemberangusan kebebasan berpolitik dan berpendapat lewat UU Keamanan Nasional Hong Kong kian parah. Warga Hong Kong harus selalu mengingat ini. Siapapun yang membela regulasi itu adalah musuh warga," ujar Nathan Law, menanggapi penangkapan 50 aktivis.

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-hongkong-security-reaction/reaction-to-media-reports-on-hong-kong-arresting-50-pro-democracy-activists-idUSKBN29B06B?il=0


Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

1 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

2 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

17 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

22 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

23 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya