Inggris Ragu Sistem Kesehatan Bisa Bertahan Tanpa Lockdown COVID-19

Selasa, 5 Januari 2021 08:30 WIB

Orang-orang mengantre di luar toko Tesco, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), ketika pembatasan baru mulai berlaku, di London, Inggris, 21 Desember 2020. [REUTERS / Hannah McKay]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akhirnya memutuskan untuk menerapkan kembali lockdown nasional COVID-19 di Inggris. Hal itu menyusul penambahan jumlah kasus COVID-19 yang pesat serta beredarnya varian baru virus yang lebih cepat menular.

Boris Johnson berkata bahwa penerapan kembali lockdown nasional COVID-19 tersebut tak terhindarkan karena penambahan kasus nyaris tak terkendali. Kemarin Senin saja, kata ia, jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit 30 persen lebih banyak dibanding pekan sebelumnya. Ia takut sistem kesehatan nasional kolaps meskipun vaksinasi COVID-19 sudah dimulai.

"Terima kasih kepada sains (vaksin), akhir dari pandemi ini sudah terlihat dan kita tahu bagaimana mencapainya. Namun, untuk saat ini, dengan berat saya meminta warga untuk tetap berada di rumah, lindungi Layanan Kesehatan Nasional (NHS) dan pasien," ujar Boris Johnson, dikutip dari CNN, Selasa, 5 Januari 2021.

Per berita ini ditulis, Inggris mencatatkan 2,7 juta kasus dan 75 ribu kematian. Dalam 24 jam terakhir, kasus di sana bertambah 58 ribu atau penambahan terbesar kedua setelah Amerika.

Vaksinasi, awalnya, diharapkan bisa menekan pertambahan itu. Seperti diberitakan sebelumnya, vaksinasi COVID-19 sudah dimulai sejak Desember lalu dengan vaksin dari Pfizer. Kemarin, Inggris bahkan menambah jumlah vaksin yang bisa dipakai dengan memperbolehkan vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Universitas Oxford dipakai. Namun, belakangan, kian jelas bahwa lockdown nasional harus dilakukan.

Warga, politisi, serta pakar medis Inggris sudah berkali-kali mendesak Boris Johnson untuk segera melakukan lockdown. Serikat guru, misalnya, menyatakan bahwa lockdown diperlukan karena jelas kondisi mereka dan pelajar terancam jika sekolah tetap dibiarkan buka. Sementara itu, para pakar medis memperingatkan bahwa sistem kesehatan nasional sudah dalam tekanan berat. Untungnya, Boris Johnson mendengarkan.

"Banyak bagian dari sistem kesehatan nasional Inggris sudah tertekan berat. Saat ini penularan COVID-19 via komunitas sangat tinggi, diikuti dengan tingginya angka pasien di rumah sakit."

"Kami tidak yakin NHS akan bisa bertahan lebih lama lagi dengan tingginya peningkatan kasus. Tanpa langkah jelas, NHS berpotensi kelebihan beban dalam 21 hari ke depan," ujar pernyataan bersama para Kepala Tenaga Medis Inggris.

ISTMAN MP | CNN

https://edition.cnn.com/2021/01/04/uk/uk-lockdown-covid-19-boris-johnson-intl/index.html

Berita terkait

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

14 jam lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

1 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

5 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

6 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

8 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya