Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara selama konferensi pers bersama yang diadakan dengan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern di Admiralty House di Sydney, Australia, 28 Februari 2020. [REUTERS / Loren Elliott / File Foto]
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengaku stress mendengar laporan militernya membantai 39 tahanan di Afghanistan. Menurut dia, laporan tersebut benar-benar mengerikan dan menjadi catatan buruk untuk Australia.
"Ini benar-benar buruk, laporan yang mengerikan dan memusingkan," ujar Morrison di mana merupakan komentar pertamanya soal isu pembantaian di Afghanistan, Sabtu, 21 November 2020.
Masalah pembantaian ini pertama kali menjadi perhatian publik pada 2017 lalu ketika media asal Australia, ABC, menerbitkan "Afghan Files. Dalam publikasi itu, ABC menginvestigasi dugaan pasukan Australia membunuh pria dan anak-anak tak bersenjata di Afghanistan selama beroperasi di sana.
Keberadaan militer Australia di Afghanistan sendiri adalah bagian dari 'War on Terror' pasca peristiwa 911 di Amerika. Sebanyak 26 ribu personil militer dikirim ke sana untuk membantu Amerika melawan kelompok teroris Taliban dan Al-Qaeda.
Kamis kemarin, laporan yang lebih lengkap soal Afghanistan dibuka ke publik. Hal tersebut menyusul adanya permintaan keterangan soal aktivitas militer Australia di Afghanistan dari 2005 hingga 2016. Hasilnya mengejutkan.
Menurut laporan yang dibuka, personil senior militer Australia mendesak juniornya untuk membunuh tahanan-tahanan yang tidak bersenjata. Tujuannya, sebagai penguatan mental para personil junior agar mereka siap terjun ke medan pertempuran.
Jenderal Angus Campbell dari Militer Australia membenarkan isi laporan itu. Ia mengakui bahwa pasukannya telah membunuh 39 warga sipil dan tahanan di Afghanistan. Atas hal itu, ia meminta maaf dan menyebut hal itu akan selalu menjadi catatan hitam dalam hubungan Australia-Afghanistan.
Menurut Campbell, ada 25 anggota pasukan khusus Australia yang terlibat dalam pembantaian terkait. Kabar terakhir, sebanyak 19 anggota dan mantan pasukan militer akan diserahkan ke penyelidik kejahatan militer untuk menentukan apakah ada bukti yang cukup.
Kembali ke Morrison, ia menjamin kejahatan militer ini akan diusut tuntas dan sesuai hukum yang berlaku. "Kami akan menindak masalah tersebut dan kami akan mengacu pada hukum serta sistem yang berlaku di sini," ujar Morrison menegaskan janjinya.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison dikabarkan telah menghubungi Presiden Afghanistan Ashraf Gani terkait kebenaran ini. Ia juga telah menunjuk penyelidik khusus untuk melakukan penuntutan. Tim independen juga dibentuk guna mendorong perubahan budaya dan kepemimpinan dalam angkatan bersenjata.
Pemerintah Australia sebelumnya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba menyangkal investigasi tentang kebrutalan militernya di Afghanistan. Aparat keamanan bahkan sempat menyelidiki wartawan yang mengungkap isu terkait.