Isu Kemanusiaan Menjadi Fokus Pasca Kesepakatan Damai Nagorno-Karabakh

Selasa, 17 November 2020 11:30 WIB

Truk pasukan penjaga perdamaian Rusia melaju di sepanjang jalan dekat Lachin di wilayah Nagorno-Karabakh, 13 November 2020. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Usai kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan tercapai di Nagorno-Karabakh, Presiden Rusia Vladimir Putin mulai menyusun rencana-rencananya. Selain untuk menjaga stabilitas di sana, rencana-rencana tersebut juga untuk memperkuat pengaruh Rusia di Nagorno-Karabakh. Salah satu langkah yang ia ambil adalah membangun kerjasama dengan Turki dan kemudian Prancis.

Dikutip dari kantor berita Reuters, Vladimir Putin mengontak Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin kemarin waktu setempat. Keduanya membahas apa saja yang harus dilakukan di Nagorno-Karabakh sekarang. Keduanya sepakat bahwa fokus sekarang perlu diarahkan ke isu kemanusiaan dulu, termasuk mengembalikan para pengungsi ke permukiman mereka.

"Situasi di kawasan tersebut, secara umum, sudah lebih stabil dan ini saatnya untuk menangani masalah-masalah kemanusiaan, termasuk memulangkan pengungsi dan memperbaiki tempat-tempat ibadah," ujar keterangan pers Pemerintah Rusia, Selasa, 17 November 2020.

Di lapangan, aktivitas pemulangan pengungsi sudah berlangsung. Dua konvoi bus membawa mereka ke Stepanakert, ibu kota dari Nagorno-Karabakh. Dalam kesepakatan damai antara Azerbaijan dan Armenia, kedua negara sepakat Stepanakert diakui sebagai wilayah Armenia. Sebagai gantinya, Azerbaijan mengambil wilayah Armenia yang berhasil mereka duduki saat perang berlangsung.

Di Stepanakert, sukarelawan sudah menanti untuk membagikan bantuan kemanusiaan. Masing-masing pengungsi mendapatkan satu kantong berisi bahan-bahan yang bisa dipakai untuk bertahan hidup. Beberapa contohnya adalah makanan kaleng, pasta, serta peralatan untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak.

Penduduk lokal berkumpul di luar ruang istirahat dalam persiapan untuk berlindung selama pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh di kota Terter, Azerbaijan, 30 September 2020. Sebelas kematian warga sipil telah dilaporkan oleh Nagorno-Karabakh dan dua di Armenia. REUTERS/Aziz Karimov

Tidak semua pengungsi, yang mayoritas adalah warga Armenia, antusias pulang ke Nagorno-Karabakh. Mereka masih kecewa dengan kesepakatan damai yang diambil Pemerintah Armenia. Menurut mereka, kesepakatan tersebut berat sebelah, terlalu menguntungkan Azerbaijan.

Pihak yang paling dirugikan adalah pengungsi yang wilayah asalnya diambil alih Azerbaijan seperti Shusha. Alexander Simonyan, pengungsi dari Shusha, mengaku tidak bisa pulang ke rumahnya karena pendudukan oleh Azerbaijan sudah berlangsung. Sekarang, ia terpaksa menetap di rumah temannya di Stepanakert.

"Tidak ada lagi Armenia di Shusha. Shusha adalah tanah kami. Sekarang, ke mana kami bisa pergi? Saya tidak bisa tinggal di tempat lain," ujar Simonyan yang ikut bertempur dalam peperangan di Nagorno-Karabakh.

Hal senada disampaikan oleh Andranik Sarkisyan. Bersama Simonyan, ia juga bertempur mewakili Armenia di Nagorno-Karabakh. Namun, secara nasib, ia lebih beruntung. Di saat Simonyan kehilangan tempat tinggal asalnya, Sarkisyan masih bisa kembali bersama keluarganya ke Badara, salah satu bagian Nagorno-Karabakh.

Meski bisa pulang, Sarkisyan juga mengaku berat menerima kesepakatan damai yang ada. Hal itu terlalu menyakitkan baginya mengingat dirinya berjuang di garis perang. "Saya berada di garis depan ketika komandan menarik pasukan, mengatakan bahwa wilayah kami sudah diserahkan ke Azerbaijan. Kami semua menangis," ujarnya.



Sebelum terjun ke medan Perang, Simonyan adalah guru olahraga dan Sarkisyan adalah penata rambut. Keduanya belum tahu apakah akan kembali ke profesi masing-masing mengingat butuh waktu hingga kehidupan kembali normal. Total, sudah ada 725 pengungsi yang dipulangkan ke Nagorno-Karabakh bersama Simonyan dan Sarkisyan.

Bersamaan dengan berlangsung pemulangan pengungsi, Rusia mulai menempatkan alutsista di koridor yang membatasi Nagorno-Karabakh, Armenia, dan Azerbaijan. Salah satunya adalah peluncur roket. Hal itu sesuai dengan kesepakatan damai bahwa Rusia akan menjadi anjing penjaga di sana, memastikan kedua kubu tak berperang lagi.

Kurang lebih ada 2000 personil milisi perdamaian yang ditempatkan Rusia di Nagorno-Karabakh. Turki dikabarkan akan menyusul mengingat mereka adalah sekutu dari Azerbaijan. Adapun durasi penempatan milisi perdamaian diestimasikan lima tahun sejak kesepakatan damai diteken pekan lalu.

ISTMAN MP | REUTERS

https://uk.reuters.com/article/uk-armenia-azerbaijan-rockets/russia-moves-rocket-launchers-towards-nagorno-karabakh-after-peace-deal-idUKKBN27W2GQ

https://uk.reuters.com/article/uk-armenia-azerbaijan/shell-shocked-armenians-return-to-nagorno-karabakh-after-peace-deal-idUKKBN27W2AP


Berita terkait

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

9 jam lalu

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina mengatakan mereka menggagalkan rencana Rusia untuk membunuh Presiden Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

14 jam lalu

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

Jaksa penuntut negara Ukraina memeriksa puing-puing dari 21 dari sekitar 50 rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

17 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Tentara AS Ditahan di Rusia, Dituduh Mencuri Uang Kekasihnya

1 hari lalu

Tentara AS Ditahan di Rusia, Dituduh Mencuri Uang Kekasihnya

Rusia menuduh tentara AS terlibat pencurian dengan mengambil uang kekasihnya.

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

1 hari lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

1 hari lalu

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia menanggapi laporan media bahwa Rusia memasukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke dalam daftar buronan.

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

1 hari lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

2 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

2 hari lalu

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

Ukraina menyebut Rusia mencari perhatian karena menetapkan Presiden Zelensky sebagai buronan.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

3 hari lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya