Indonesia Menolak Tawaran Amerika Menampung Pesawat Mata-mata P-8 Poseidon

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Selasa, 20 Oktober 2020 16:35 WIB

Pesawat Boeing P-8A Poseidon dari Patroli Skuadron VP-16 menjatuhkan torpedo anti-kapal selam Mark 46.[US NAVY/Wikipedia.org]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia menolak tawaran pemerintah Amerika Serikat pada pertengahan tahun ini untuk mengizinkan pesawat pemantauan maritim P-8 Poseidon mendarat dan mengisi bahan bakar di sini.

Reuters melansir empat pejabat Indonesia mengatakan pejabat AS melakukan pendekatan tingkat tinggi pada Juli dan Agustus ke kementerian Pertahanan dan Luar Negeri.

Namun, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menolak permintaan itu.

Juru bicara Presiden Indonesia dan kementerian Pertahanan, kantor media kemenlu AS dan kedubes AS di Jakarta tidak merespon permintaan untuk berkomentar soal ini. Perwakilan kemenhan AS dan kemenlu Indonesia juga enggan menanggapi soal isu ini.

“Pejabat Indonesia mengatakan permintaan itu, yang muncul di tengah eskalasi ketegangan AS dan Cina, mengejutkan pemerintah Indonesia,” kata salah satu pejabat kepada Reuters pada Selasa, 20 Oktober 2020.

Advertising
Advertising

Penolakan ini terjadi karena Indonesia menganut kebijakan politik luar negeri yang netral. Indonesia belum pernah mengizinkan militer asing beroperasi di negaranya.

Pesawat P-8 berperan sentral dalam mengamati aktivitas militer Cina di Laut Cina Selatan, yang mayoritas diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatan.

Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam memiliki klaim wilayah masing-masing di perairan yang kaya dengan sumber daya alam. Perairan Laut Cina Selatan juga dilewati kapal kargo perdagangan dengan nilai sekitar US$3 triliun atau sekitar Rp44 ribu.

Indonesia tidak memiliki klaim kedaulatan di Laut Cina Selatan tapi kerap mengusir kapal nelayan Cina dan kapal penjaga pantainya yang beroperasi di area zona ekonomi ekslusif di Kepulauan Natuna.

Indonesia memiliki hubungan ekonomi dan investasi yang tumbuh dengan Cina. Menlu Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia khawatir dengan meningkatnya ketegangan antara Cina dan AS di Laut Cina Selatan.

“Kami tidak ingin terjebak dalam persaingan ini,” kata Retno seperti dilansir Reuters. “Indonesia ingin menunjukkan kepada semua bahwa kami siap menjadi mitra Anda.”

Soal ketegangan di Laut Cina Selatan ini, bekas Dubes Indonesia untuk Amerika, Dino Patti Jalal, mengatakan kebijakan anti-Cina yang agresif dari AS telah menimbulkan kekhawatiran Indonesai dan regional. “Itu terlihat seperti kurang pas. Kami tidak ingin terikut dalam kampanye anti-Cina. Tentu, kami menjaga kemerdekaan kami. Namun, ada hubungan ekonomi yang semakin dalam. Sekarang Cina menjadi negara di dunia paling berpengaruh bagi Indonesia,” kata Dino.

Berita terkait

Piala Uber 2024: Ester Nurumi Tri Wardoyo Singgung Peran Greysia Polii Usai Bawa Indonesia ke Semifinal

11 jam lalu

Piala Uber 2024: Ester Nurumi Tri Wardoyo Singgung Peran Greysia Polii Usai Bawa Indonesia ke Semifinal

Ester Nurumi Tri Wardoyo sempat merasa tegang sebelum melakoni laga penentuan di perempat final Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Indonesia Lolos Semifinal Kalahkan Thailand 3-0, Ester Nurumi Tri Wardoyo Jadi Penentu Kemenangan

13 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Indonesia Lolos Semifinal Kalahkan Thailand 3-0, Ester Nurumi Tri Wardoyo Jadi Penentu Kemenangan

Di semifinal Piala Uber 2024, tim bulu tangkis putri Indonesia akan menghadapi Korea Selatan, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kontrak Freeport Diperpanjang hingga 2061, Bahlil: Kita Kembalikan Milik Orang Indonesia

1 hari lalu

Kontrak Freeport Diperpanjang hingga 2061, Bahlil: Kita Kembalikan Milik Orang Indonesia

Pemerintah bakal memperpanjang kontrak PT Freeport hingga 2061. Menteri Bahlil Lahadalia klaim Freeport sudah jadi perusahaan milik Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

1 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

1 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

1 hari lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

2 hari lalu

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

Setidaknya ada 612 hewan endemik asal Indonesia dari berbagai jenis, seperti mamalia, burung, reptil, hingga amfibi. Berikut lima di antaranya.

Baca Selengkapnya

Media Asing Soroti Tawaran Kewarganegaraan Ganda untuk Diaspora dari Luhut

2 hari lalu

Media Asing Soroti Tawaran Kewarganegaraan Ganda untuk Diaspora dari Luhut

Media asing menyoroti pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Pandjaitan soal tawaran kewarganegaraan ganda

Baca Selengkapnya

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

3 hari lalu

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

Dalam rangka perayaan 75 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia diselenggarakan acara perdana "Diplomats Go to Campus" di Surabaya dan Malang

Baca Selengkapnya