Sudan Terpecah Perihal Normalisasi Hubungan Dengan Israel

Senin, 5 Oktober 2020 15:32 WIB

Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani, berpose sebelum penandatanganan perjanjian Abraham Accord dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih di Washington, AS, 15 September, 2020. [REUTERS / Tom Brenner]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Sudan belum menentukan sikap perihal kemungkinan normalisasi hubungan dengan Israel. Internalnya terpecah, ada yang menganggap normalisasi hubungan akan menguntungkan Sudan, ada yang tidak. Adapun Amerika terus mendesak Sudan untuk segera menentukan apakah mau melakukan normalisasi seperti Bahrain dan UEA atau tidak.

Dikutip dari Arabnews, beberapa pejabat Sudan menganggap sulit untuk menolak ajakan Amerika. Sebab, apabila mereka menerimanya, maka Amerika berpotensi mengeluarkan Sudan dari daftar negara yang menyokong terorisme. Positifnya, dengan keluar dari daftar, maka Sudan bisa mencari pinjaman ke negara lain untuk menangani krisis ekonominya.

"Suka apa tidak, keberadaan Sudan di dalam daftar Amerka berkaitan dengan rencana normalisasi dengan Israel. Kita membutuhkan Israel, negara berkembang yang didukung berbagai negara di dunia. Kita bisa mendapat untungnya," ujar Kepala Deputi dari Dewan Kedaulatan Sudan, Jenderal Mohammed Dagalo, Senin, 5 Oktober 2020.

Dagalo menambahkan bahwa dirinya sudah melakukan pembicaraan dengan delegasi Amerika juga. Dalam delegasi itu, klaim ia, Amerika berjanji mengeluarkan Sudan dari daftar penyokong teroris sesegera mungkin begitu normalisasi disetujui.

Berseberangan dengan Dagalo adalah Perdana Menteri Abdalla Hamdok. Ia mengatakan bahwa pemerintahan transisi, di mana Dagalo melayani, tidak memiliki mandat untuk menerima tawaran dengan dampak sebesar normalisasi Israel.

Pernyataan Hamdok konsisten dengan apa yang ia sampaikan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo. Ketika Pompeo berkunjung bulan lalu, Hamdok mengatakan kepadanya bahwa keberadaan Sudan di dalam daftar Amerika tak ada kaitan apapun dengan normalisasi hubungan ke Israel.

"Lagipula, hal tersebut (normalisasi hubungan dengan Israel) membutuhkan diskusi mendalam dengan rakyat," ujar Hamdok. Sejauh ini, mayoritas warga Sudan masih menolak normalisasi hubungan dengan Israel.

Sejumlah pejabat Sudan, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa kepala pemerintahan segan untuk menerima tawaran Amerika. Jika mereka memang ingin melakukan normalisasi dengan Israel, kata pejabat-pejabat tersebut, kepala pemerintahan memilih untuk menunggu Pilpres Amerika usai.

Sebelum Pompeo berkunjung ke Sudan, pemerintah setempat sudah pernah bertemu dengan pejabat Amerika untuk menegosiasikan kesepakatan normalisasi. Dalam negosiasi itu, Sudan meminta jaminan bantuan finansial sebesar US$3 miliar. Pihak Amerika tidak menerimanya, menawarkan dana bantuan kurang dari US$ 1 miliar yang berasal dari kantong Uni Emirat Arab.

ISTMAN MP | REUTERS

News link:
https://www.arabnews.com/node/1744266/middle-east



Berita terkait

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

4 jam lalu

Reaksi Dunia atas Pengusiran Warga Palestina dari Rafah oleh Israel

Israel telah meminta warga Palestina untuk mengosongkan bagian-bagian kota Rafahit di Gaza untuk persiapan serangan terhdap Hamas.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

5 jam lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

5 jam lalu

Pelapor Khusus PBB: Serangan Darat Israel ke Rafah akan Memicu Pembantaian Massal

Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menghentikan rencana serangan ke Rafah

Baca Selengkapnya

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

6 jam lalu

Israel Usir Warga Palestina dari Rafah, Belgia: Invasi akan Berujung pada Pembantaian

Brussels sedang berupaya menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap Israel, kata wakil perdana menteri Belgia

Baca Selengkapnya

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

7 jam lalu

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

Seorang pria mendesak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk mundur dalam upacara Hari Peringatan Holocaust

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

7 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

8 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

8 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

9 jam lalu

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

Bagi Benjamin Netanyahu, memenuhi tuntutan Hamas sama dengan menyerah. Pihaknya memilih untuk melanjutkan pertempuran

Baca Selengkapnya

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

10 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya