TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Pemerintah Sudan, Haydar Sadig, dipecat gara-gara pernyataannya terkait Israel dan Uni Emirat Arab pada Selasa kemarin. Adapun hal yang ia nyatakan adalah pujian kepada Uni Emirat Arab karena berani memutuskan normalisasi dengan Israel.
Menurut Pemerintah Sudan, mereka belum menyatakan sikap apapun terkait keputusan Uni Emirat Arab melakukan normalisasi dengan Israel. Oleh karenanya, tidak sepantasnya Haydar Sadig melangkahi dengan memuji keputusan Uni Emirat Arab.
"Kami terheran-heran dengan pernyataannya. Kami tegaskan juga bahwa Sudan belum membahas apapun terkait potensi hubungan diplomatik dengan Israel," ujar pernyataan pers Kementerian Luar Negeri, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 19 Agustus 2020.
Diberitakan sebelumnya, Uni Emirat Arab tiba-tiba meneken kesepakatan normalisasi dengan Israel pada Kamis pekan lalu. Hal itu menjadikan Uni Emirat Arab sebagai negara Muslim atau Arab ketiga yang memiliki hubungan formil dengan Israel.
Kesepakatan tersebut tak ayal membuat banyak negara di Timur Tengah, terutama mereka yang berada di pihak Palestina, mengecam keputusan Uni Emirat Arab. Sebab, dengan kesepakatan normalisasi tersebut, maka Uni Emirat Arab mengingkari komitmen pembelaan terhadap Palestina.
Uni Emirat Arab membela diri dengan mengatakan bahwa kesepakatan itu justru untuk melindungi Palestina. Hal itu mengacu pada isi kesepakatan bahwa aneksasi Tepi Barat ditunda pasca normalisasi. Namun, berbagai negara Muslim atau Arab menyakini ada kepentingan lain di balik keputusan UEA.
Walau ada banyak yang mengecam, tidak sedikit juga yang masih diam. Sudan adalah salah satunya. Menariknya, tak lama setelah kesepakatan normalisasi Uni Emirat Arab dan Israel usai, Sudan masuk dalam daftar negara yang potensial menyusul. Israel sendiri yang memberi sinyal itu.
ISTMAN MP | REUTERS