Tikus Afrika Dianugerahi Medali karena Bantu Jinakkan Ranjau Darat di Kamboja

Minggu, 27 September 2020 05:00 WIB

Magawa, seekor tikus kantong Afrika menikmati makanannya setelah mendapatkan penghargaan di Siem Reap, Kamboja, 25 September 2020. Magawa dinobatkan sebagai HeroRAT setelah berhasil mendeteksi puluhan ranjau darat selama tujuh tahun terakhir. PDSA UK/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Tikus Afrika dianugerahi medali penghargaan karena melacak ranjau darat di Kamboja dan menyelamatkan banyak nyawa.

Magawa, seekor tikus berkantong raksasa Afrika, dianugerahi medali emas oleh badan amal kedokteran hewan Inggris, People's Dispensary for Sick Animals (PDSA) atas aksinya mendeteksi ranjau darat yang tidak meledak di Kamboja.

Magawa dilatih oleh organisasi non-pemerintah APOPO (yang dalam bahasa Belanda singkatan dari "Anti-Persoonsmijnen Ontmijnende Product Ontwikkeling," atau dalam bahasa Inggris, Anti-Personnel Landmines Detection Product Development), menurut CNN, 26 September 2020.

Organisasi, yang didirikan di Belgia dan berkantor pusat di Tanzania, melatih tikus seperti Magawa untuk mendeteksi bau bahan kimia peledak yang digunakan di ranjau darat dan menunjukkannya kepada penangannya.

Berbekal pelatihan inilah Magawa diterjunkan ke Kamboja, negara yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membersihkan daratannya dari ranjau darat. Namun, menyisir ranjau adalah pekerjaan sulit dan berbahaya.

Advertising
Advertising

Magawa, seekor tikus kantong Afrika berhasil mendapatkan penghargaan medali emas di Siem Reap, Kamboja, 25 September 2020. Magawa dibesarkan untuk mengendus ranjau darat di LSM Apopo yang berbasis di Tanzania. DSA UK/Handout via REUTERS

APOPO, yang memiliki 45 tikus terlatih mendeteksi ranjau darat dan 31 tikus mendeteksi tuberkulosis pada manusia, kemudian mulai melatih hewan untuk mengasosiasikan suara klik dengan makanan pada usia 10 minggu.

Ketika tikus-tikus ini mendekati camilan telur yang mengandung aroma TNT, bahan peledak pada ranjau darat, mereka akan mendengar bunyi klik dan menerima hadiah makanan.

Makhluk cerdas ini kemudian diajari cara membedakan antara telur yang mengandung TNT dan yang tidak mengandung TNT, hanya mendengar bunyi klik dan menerima hadiah jika bereaksi dengan telur.

Hewan dapat mendeteksi senyawa kimia dalam bahan peledak dan mengabaikan besi tua yang tergeletak di sekitarnya, membuatnya jauh lebih cepat daripada detektor logam.

"Kami telah melatih tikus seperti Magawa sejak 1997 ketika kami mulai," kata Christophe Cox, CEO dan salah satu pendiri APOPO, dikutip dari Daily Mail.

"Magawa telah menjadi salah satu tikus terbaik kami yang telah berada di Kamboja selama empat tahun dan telah menemukan banyak ranjau darat. Merupakan suatu kehormatan bagi kami dan terutama tim kami di Tanzania untuk memenangkan hadiah ini. Saat Anda memasukkannya ke dalam kandang, dia akan tidur sebentar lalu siap bekerja lagi," kata Cox.

Pendekatan pembersihan ranjau konvensional menggunakan mesin dan detektor logam merupakan metode yang lambat dan mahal.

Tapi tikus seperti Magawa dapat mencari area seluas lapangan tenis dalam 30 menit, dibandingkan dengan detektor logam yang bisa menghabiskan waktu hingga empat hari.

Magawa secara resmi diakui atas karyanya dan dianugerahi miniatur Medali Emas PDSA, atau penghargaan kepada hewan yang setara dengan penghargaan George Cross di Inggris.

Dia adalah tikus pertama dalam 77 tahun yang menerima penghargaan semacam itu.

Direktur Jenderal PDSA Jan McLoughlin mengatakan aksi Magawa dan APOPO benar-benar unik dan luar biasa.

"Kamboja memperkirakan bahwa antara empat dan enam juta ranjau darat diletakkan di negara itu antara tahun 1975 dan 1998, yang sayangnya telah menyebabkan lebih dari 64.000 korban jiwa," kata McLoughlin.

Pekerjaan Magawa secara langsung menyelamatkan dan mengubah kehidupan pria, perempuan dan anak-anak yang terkena dampak ranjau darat di Kamboja. Setiap penemuan ranjau darat oleh Magawa mengurangi risiko cedera atau kematian bagi penduduk setempat.

Sumber:

https://edition.cnn.com/2020/09/25/asia/hero-rat-landmines-award-intl-hnk-scli/index.html

https://www.dailymail.co.uk/news/article-8773043/How-rat-Magawa-worlds-greatest-landmine-detector-trained-smell-TNT.html

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

4 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

22 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Militer Lebanon Sebut Tiga Pengamat PBB Terluka akibat Ranjau Darat

29 hari lalu

Militer Lebanon Sebut Tiga Pengamat PBB Terluka akibat Ranjau Darat

Investigasi militer Lebanon yang sedang berlangsung menetapkan bahwa sebuah ranjau darat melukai tiga pengamat militer PBB dan seorang penerjemah

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

34 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

45 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

45 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

50 hari lalu

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

Sebuah perusahaan riset mengungkap tingkat pemulihan industri pariwisata Asia Tenggara dilihat dari kunjungan wisatawan asing, Kamboja paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

51 hari lalu

Uniknya Kuil Bayon di Angkor Wat yang Menampilkan 200 Wajah Tersenyum Damai

Identitas sosok yang sedang tersenyum ini menjadi perdebatan sejak penemuan kembali Bayon di Angkor Wat pada abad ke-19.

Baca Selengkapnya

Kembali ke Panggung Politik, Eks PM Kamboja Hun Sen Terpilih Jadi Senator

25 Februari 2024

Kembali ke Panggung Politik, Eks PM Kamboja Hun Sen Terpilih Jadi Senator

Partai berkuasa di Kamboja mengklaim kemenangan telak dalam pemilihan Senat, membuka peluang bagi mantan Perdana Menteri Hun Sen kembali ke politik

Baca Selengkapnya