Iran Sebut Upaya Amerika Mengembalikan Sanksi Nuklir Sebagai Propaganda

Senin, 21 September 2020 09:31 WIB

Seorang anggota staf memindahkan bendera Iran dari panggung setelah foto grup dengan menteri luar negeri dan perwakilan dari AS, Iran, Cina, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis dan Uni Eropa selama pembicaraan nuklir Iran di Pusat Internasional Wina di Wina,Austria, 14 Juli 2015. [REUTERS / Carlos Barriaoto]

TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Iran di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut upaya Amerika mengembalikan sanksi nuklir ke negaranya sebagai propaganda. Malah, menurut ia, langkah tersebut akan merugikan Amerika ke depannya. Hal tersebut mengacu pada fakta bahwa tidak banyak yang mendukung langkah Amerika.

"Keputusan tersebut malah akan membuat Amerika semakin terisolir," ujar juru bicara misi Iran di PBB, Alireza Miryousefi, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 21 September 2020.

Diberitakan sebelumnya, Amerika mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengaktifkan lagi sanksi embargo persenjataan yang diterapkan kepada Iran. Namun, mayoritas anggota DK PBB menolak pengembalian sanksi tersebut. Sebanyak 13 dari 15 anggota DK PBB, termasuk sekutu Amerika, menganggap keinginan Amerika tidak terjustifikasi.

Sanksi embargo senjata itu sendiri pertama kali diterapkan pada 2007 lalu. Delapan tahun kemudian, pada 2015, Iran, Rusia, Cina, Jerman, Inggris, Prancis, dan Amerika sepakat untuk mengakhiri sanksi yang ada pada 18 Oktober 2020. Kesepakatan itu dikenal sebagai JCPOA. Belakangan, di bawah pemerintah Presiden Donald Trump, Amerika menarik diri dari JCPOA demi bisa menerapkan sanksi lagi kepada Iran.

Sikap Amerika mengacu pada keyakinan mereka bahwa Iran masih melakukan program pengayaan nuklir. Di sisi lain, juga karena menjalin kerjasama pengadaan misil jarak jauh dengan Korea Utara, yang juga mengembangkan senjata nuklir. Itu lah kenapa, di DK PBB, Amerika bersikeras sanksi embargo senjata Iran perlu diaktifkan lagi, sebelum habis masa berlakunya di bulan Oktober.

Karena desakannya tidak direspon, Amerika dikabarkan akan menerapkan sanksi baru untuk 24 figur di Iran. Sebagian besar figur yang menjadi sasaran adalah pejabat dari program pengayaan nuklir dan pengadaan senjata Iran.

Alireza Miryousefi berpendapat, apa yang dilakukan Amerika hanyalah bagian dari kampanye Donald Trump. Hal itu mengingat Pilpres Amerika akan dilangsungkan sebentar lagi. Oleh karenanya, kata ia, tidak mengherankan apabila negara-negara anggota DK PBB memutuskan untuk berseberangan dengan Amerika.

"Dunia juga tahu kalau upaya sanksi dari Amerika adalah bagian dari kampanye Pilpres. Itulah alasan kenapa banyak negara mengacuhkan desakan Amerika."

"Tekanan dari Amerika menunjukkan bahwa selalu ada propaganda baru tiap pekannya dan semuanya gagal. Mengumumkan sanksi baru tidak akan mengubah fakta ini," ujar Miryousefi.

Amerika, hingga berita ini ditulis, enggan berkomentar.

ISTMAN MP | REUTERS

News link: https://www.reuters.com/article/us-usa-iran-exclusive/exclusive-u-s-to-slap-sanctions-on-over-two-dozen-targets-tied-to-iran-arms-idUSKCN26B0QE?il=0

Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

10 jam lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

1 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

2 hari lalu

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

2 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

2 hari lalu

Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.

Baca Selengkapnya

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

2 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

2 hari lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya