Uni Eropa Ingin Tambah Supply Vaksin COVID-19, Negara Miskin Potensial Terdampak

Jumat, 18 September 2020 21:13 WIB

Petugas mengambil salah vaksin virus corona buatan Sinovac Biotech Ltd yang dipamerkan dalam acara China International Fair for Trade in Services (CIFTIS) 2020 di Beijing, Cina, 5 September 2020. REUTERS/Tingshu Wang

TEMPO.CO, Jakarta - Uni Eropa dikabarkan akan meningkatkan jumlah anggaran yang diperlukan untuk memastikan ada cukup vaksin virus Corona (COVID-19) tahun depan. Dikutip dari Reuters, Jumat, 18 September 2020, hal tersebut menyusul hasil analisis yang memprediksi pengadaan vaksin virus Corona akan mengalami defisit.

Jika peningkatan anggaran itu benar terjadi, maka hal tersebut bisa menjadi kabar buruk untuk negara-negara dunia ketiga. Uni Eropa berpotensi mendominasi distribusi vaksin virus Corona yang sebagian ditangani oleh WHO. Padahal, beberapa pekan lalu, Uni Eropa menyatakan akan bersikap adil soal distribusi vaksin virus Corona.

"Kami mencoba bersikap pragmatis karena estimasi jumlah vaksin virus Corona yang siap tahun depan kurang lebih 2,5 miliar (dosis)," ujar salah seorang pejabat Komisi Eropa, yang enggan disebutkan namanya, dalam pertemuan dengan para duta besar Uni Eropa pekan lalu.

Pejabat dari Komisi Eropa menjelaskan, kekhawatiran Uni Eropa tidak berlebihan. Analisis yang ada mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya, kurva kasus virus Corona yang belum menunjukkan tanda-tanda melandai. Hari ini, jumlah kasus virus Corona sudah menyentuh angka 30,4 juta dengan penambahan 65 ribu kasus dalam 24 jam terakhir.

Selain itu, juga skema yang disiapkan beberapa negara untuk mendapatkan supplainya sendiri tanpa distribusi melalui blok. Contohnya adalah Amerika yang telah giat memastikan jumlah supplai vaksin virus Corona untuk mereka sendiri.

Komisi Eropa, kata pejabat tersebut, telah meminta 27 anggotanya untuk mulai bernegosiasi dengan enam produsen vaksin demi memastikan supplay tercukupi. Negosiasi sudah selesai dengan AstraZeneca dan Sanofi, sementara yang masih berjalan d Johnson & Johnson, Moderna, Pfizer, dan CureVac.

Selain itu, negara anggota juga diminta untuk menyumbang, menambah dana cadangan Uni Eropa. Sejauh ini, dana yang tersedia adalah US$2,4 miliar (2 Miliar Euro) untuk pembelian vaksin virus Corona. Belum diketahui batas minimum sumbangan yang diperlukan.

Jerman memperkirakan tambahan 750 Juta Euro akan cukup di mana akan mengcover pengembangan dan produksi. "Negara anggota tahu bahwa mereka bisa menambah jumlah dana cadangan mengingat jumlahnya yang terbatas," ujar juru bicara Komisi Eropa.

ISTMAN MP | REUTERS

News Link:
https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-eu-vaccine-exclusi/exclusive-fearing-supply-shortfall-eu-wants-to-buy-more-covid-vaccines-eu-sources-idUSKBN26922X?il=0

Berita terkait

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

14 jam lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

22 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

3 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

3 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

4 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

4 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

4 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

5 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

5 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

8 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya