Facebook Cegah Pasien Sekarat di Prancis Siarkan Langsung Kematiannya

Senin, 7 September 2020 05:00 WIB

Alain Cocq, 57 tahun, terbaring di ranjangnya setelah menderita penyakit langka degeneratif yang belum ada obatnya di Dijon, Prancis, 19 Agustus 2020. Cocq diketahui menderita sebuah penyakit langka, di mana dinding arterinya saling menempel. REUTERS/Gonzalo Fuentes

TEMPO.CO, Jakarta - Facebook memblokir juru kampanye euthanasia Prancis yang sakit parah agar tidak menyiarkan live streaming kematiannya sendiri.

Alain Cocq, yang telah menderita selama 34 tahun karena penyakit degeneratif yang langka dan tidak dapat disembuhkan, mengatakan dia akan mencari cara lain untuk menyiarkan kematiannya.

Alain telah berhenti makan, minum, atau mengkonsumsi obat-obatan, dan mengatakan dia ingin kematiannya terlihat untuk membantu membujuk otoritas Prancis agar mencabut larangan bunuh diri yang dibantu secara medis atau euthanasia.

"Meskipun kami menghormati keputusan Alain untuk menarik perhatian pada masalah penting ini, kami mencegah siaran langsung di akunnya berdasarkan saran para ahli bahwa penggambaran upaya bunuh diri dapat memicu dan mempromosikan lebih banyak tindakan menyakiti diri sendiri," kata Facebook kepada Reuters, 5 September 2020.

Alain Cocq, 57 tahun, terbaring di ranjangnya setelah menderita penyakit langka degeneratif yang belum ada obatnya di Dijon, Prancis, 19 Agustus 2020. Alain Cocq, 57 tahun, yang ingin melakukan live streaming di Facebook menjelang kematiannya, yang diperkirakan meninggal minggu depannya. REUTERS/Gonzalo Fuentes

Advertising
Advertising

Alain Cocq, 57 tahun, mengatakan dia akan menyiarkan langsung kematiannya di Facebook mulai Sabtu pagi. Setelah Facebook memblokirnya, dia mengatakan cara baru untuk live streaming langsung akan disiapkan dalam 24 jam.

"Jadi saya telah menghabiskan makanan terakhir saya...saya minum untuk kesehatan Anda untuk yang terakhir kalinya. Jalan menuju pembebasan dimulai dan, percayalah, saya bahagia," kata Alain dalam sebuah video yang dirilis pada Jumat malam dan diambil dari tempat tidurnya di rumahnya di Dijon, Prancis timur.

"Saya telah mengambil keputusan dan saya merasa damai," ujarnya.

Dia telah menulis surat kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta agar para profesional medis diizinkan untuk membantu kematiannya. Macron membalas dengan mengatakan ini tidak diizinkan berdasarkan hukum Prancis.

Tetangga Prancis, Swiss, Belgia, dan Belanda, telah mengadopsi undang-undang yang memungkinkan kematian yang dibantu secara medis atau euthanasia dalam beberapa kasus. Tetapi Prancis telah menolak langkah itu, sebagian di bawah tekanan dari Gereja Katolik.

“Karena saya tidak kebal hukum, saya tidak dapat memenuhi permintaan Anda," kata Macron dalam sebuah surat kepada Alain Cocq, yang diterbitkan Alain di halaman Facebook-nya.

"Keinginan Anda adalah meminta bantuan aktif dalam kematian yang saat ini tidak diizinkan di negara kita," kata Macron.

Undang-undang Claeys-Leonetti tentang mengakhiri hidup, yang diadopsi Prancis pada 2 Februari 2016, mengizinkan obat penenang dosis tinggi dan terus-menerus untuk pasien yang tidak tertolong lagi, tetapi melarang praktik euthanasia, seperti dikutip dari situs web US National Library of Medicine National Institutes of Health.

Alain Cocq telah menyerukan perubahan pada hukum Prancis untuk memungkinkan kematian yang dibantu secara medis dalam kasus-kasus seperti itu.

Selama ini Alain diberi makan dengan infus dan sistem pencernaannya terhubung ke kantong kolostomi.

Kondisinya telah menyebabkan aneurisma otak dan dia mengalami kejang jika tidak minum obat. Alain juga mengatakan dirinya selalu kesakitan.

Dalam wawancara dengan CNN pada Jumat, Alain Cocq mengatakan dia tahu Macron tidak akan dapat memenuhi permintaannya tetapi dia menghargai "kasih sayang" yang dia tunjukkan dalam suratnya.

"Hari ini, saya penuh rasa syukur. Saya mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup saya pada 26 Juni, yaitu ketika saya meminta asisten medis saya untuk mengetik surat yang kemudian saya kirimkan kepada Presiden," kata Alain.

Tentang keputusan untuk menyiarkan kematiannya melalui video, Alain mengatakan dia tidak mencari sensasi dengan menyiarkan kematian di internet, tetapi ingin memberi tahu orang-orang tentang rasa sakit yang tidak tertanggung lagi.

Sumber:

https://uk.reuters.com/article/uk-france-euthanasia/facebook-blocks-livestream-of-euthanasia-campaigners-death-idUKKBN25W0J6

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5118829/

https://edition.cnn.com/2020/09/04/europe/french-man-stream-death-scli-intl/index.html

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

6 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

14 jam lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

23 jam lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

1 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Piala Asia U-23 2024

1 hari lalu

Jadwal dan Link Live Streaming Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Piala Asia U-23 2024

Berikut jadwal dan link live streaming timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 pda perebutan perinkat ketiga Piala Asia U-23 2024 pada Kamis malam ini.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

2 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

3 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

3 hari lalu

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan polisi terus menggali terkait kasus meninggalnya Brigadir Ridhal Ali Tomi diduga bunuh diri di dalam mobil.

Baca Selengkapnya

Jadwal dan Link Live Streaming Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

4 hari lalu

Jadwal dan Link Live Streaming Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Simak jadwal dan link live streaming Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan yang akan berlangsung pada Senin, 29 April 2024, mulai 21.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

8 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya