Netanyahu Sebut Serbia dan Kosovo Pindahkan Kedubesnya ke Yerusalem

Sabtu, 5 September 2020 10:08 WIB

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat konferensi pers di Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, didampingi Menteri Pertahanan Benny Gantz, 27 Juli 2020, menyusul dugaan penyusupan milisi Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon.[Tal Shahar/REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Serbia akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hal tersebut menjadikan Serbia sebagai negara Eropa pertama yang membuka kedutaan besar di Yerusalem, mengikuti jejak Amerika.

Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, pemindahan kedutaan besar tersebut akan berlangsung Juli tahun depan. Adapun pemindahan tersebut, menurut Netanyahu, menandakan bahwa Serbia memandang Yerusalem lah ibu kota yang sah untuk Israel.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Serbia karena telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedubesnya ke sana. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Amerika Donald Trump," ujar Netanyahu, sebagaimana tertulis di laporan Al Jazeera, Sabtu, 5 September 2020.

Netanyahu melanjutkan bahwa Kosovo akan melakukan hal serupa, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi kedutaan besarnya yang baru. Walau begitu, Netanyahu belum menyampaikan detil soal kapan negara mayoritas Muslim tersebut akan memindahkan kedubes ke Yerusalem.

Perlu diketahui, selama ini, kebanyakan misi diplomatik dengan Israel dilangsungkan di Tel Aviv. Hal itu dilakukan berbagai negara untuk menunjukkan sikap netral perihal konflik Palestina - Israel. Mereka tidak ingin dicap memberi legitimasi atau dukungan kepada Israel apabila membangun kantor misi diplomatik di Yerusalem.

Semua berubah di tahun 2017 ketika Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika. Ia mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memutuskan untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana.

Keputusan Donald Trump tak ayal menimbulkan kemarahan dari berbagai negara, terutama Palestina. Sebab, dengan memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem, Amerika sama saja memberikan legitimasi kepada Israel untuk mengklaim Yerusalem sebagai miliknya. Padahal, sengketa wilayah dengan Palestina belum usai sejak Yerusalem diklaim Israel pada 1967.

Kemarahan serupa ditunjukkan Palestina terkait keputusan Serbia dan Kosovo. Menurutnya, pemindahan kedubes tersebut menjadikan Palestina korban dari rencana Donald Trump untuk memenangkan Pilpres Amerika.

"Ini seperti kejadian normalisasi Uni Emirat Arab dan Israel. Ini bukan tentang perdamaian di Timur Tengah...Ini tentang upaya memenangkan pemilu," ujar Sekjen Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat.

ISTMAN MP | AL JAZEERA

News link: https://www.aljazeera.com/news/2020/09/netnayahu-serbia-move-embassy-Yerusalem-200904175801075.html

Berita terkait

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

17 menit lalu

Indonesia Mengecam Perebutan Penyeberangan Rafah di Gaza oleh Pasukan Israel

Kementerian Luar Negeri RI mengecam keras perebutan Israel terhadap Penyeberangan Rafah di sisi Palestina.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

4 jam lalu

Top 3 Dunia: Jusuf Kalla Bertemu Hamas Hingga AS-Israel Diduga Langgar Hukum Internasional

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 7 Mei 2024 diawali oleh kabar Ketua Umum PMI Jusuf Kalla meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah

Baca Selengkapnya

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

12 jam lalu

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

Yang mencuat di KTT OKI di Gambia, mulai dari seruan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi soal Palestina dan negara islam lainnya

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

12 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

14 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

15 jam lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

15 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

15 jam lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

16 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

16 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya