Presiden Lebanon Michel Aoun bertemu dengan para pemimpin politik Lebanon untuk mempresentasikan rencana yang ditujukan untuk membawa negara keluar dari krisis keuangan, di istana presiden di Baabda, Lebanon 6 Mei 2020. [Dalati Nohra / Handout via REUTERS]
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengaku tidak mempercayai teori bahwa ledakan di Beirut dipicu letusan dari gudang senjata kelompok Hizbullah. Walau begitu, dia menyatakan bahwa segala kemungkinan tengah diinvestigasi terkait ledakan di Beirut.
"Menurut saya mustahil. Peristiwa seperti ledakan di Beirut memang berpotensi memunculkan berbagai teori dan imajinasi. Tapi, kami akan investigasi semua kemungkinan," ujar Michel Aoun, dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 18 Agustus 2020.
Sebagaimana diketahui, pada 4 Agustus lalu, ledakan besar terjadi di Pelabuhan Beirut. Sebanyak 178 orang tewas dan 6000 luka-luka.
Sejauh ini, asal ledakan diketahui berasal dari gudang penyimpanan bahan peledak ammonium nitrat. Kurang lebih ada 2750 ton ammonium nitrat yang meledak di Beirut. Walau begitu, apa pemicu ledakannya belum diketahui.
Berbagai teori dan kabar beredar terkait pemicu ledakan di gudang ammonium nitrat tersebut. Ada yang mengatakan dipicu pengerjaan bangunan, ada juga yang berteori dipicu letusan dari senjata Hizbullah. Walau begitu, otoritas hukum Lebanon sudah menangkap dan menahan belasan pejabat pelabuhan yang diduga lalai di insiden naas itu.
"Ledakan yang terjadi memang terlihat seperti kecelakaan, namun saya tidak mau dianggap tidak mendengarkan berbagai kemungkinan yang ada," ujar Aoun menambahkan. Salah satu teori lain yang menurutnya sulit terjadi adalah ledakan dipicu pesawat yang terbang rendah di atas pelabuhan.
Ketua Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyatakan hal senada dengan Michel Aoun. Dirinya membantah ledakan di Beirut dipicu senjata kelompoknya yang pro pemerintah. Sebab, kata ia, Hizbullah tidak memiliki gudang penyimpanan senjata di pelabuhan Beirut.