Hacker Cina Diduga Incar Data Pengembang Vaksin Virus Corona Moderna

Sabtu, 1 Agustus 2020 07:00 WIB

Kantor pusat Moderna Therapeutics, yang sedang mengembangkan vaksin virus corona di Cambridge, Massachusetts, AS, 18 Mei 2020. [REUTERS / Brian Snyder]

TEMPO.CO, Jakarta - Hacker yang berafiliasi dengan pemerintah Cina diklaim mencuri data perusahaan bioteknologi yang mengembangkan vaksin virus corona, Moderna Inc, menurut pejabat AS yang melacak aktivitas peretasan dari Cina.

Cina membantah pada Jumat bahwa peretas yang terkait dengannya menargetkan Moderna.

Pekan lalu Departemen Kehakiman AS mengadili dua warga Cina yang dituduh memata-matai AS, termasuk tiga lembaga AS yang melakukan riset medis virus corona.

Dokumen dakwaan mengatakan para peretas Cina "melakukan pengintaian" terhadap jaringan komputer sebuah perusahaan bioteknologi Massachusetts yang diketahui bekerja pada vaksin coronavirus pada Januari, menurut laporan Reuters, 31 Juli 2020.

Moderna, yang berbasis di Massachusetts dan mengumumkan kandidat vaksin Covid-19 pada Januari, mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa perusahaan telah melakukan kontak dengan FBI dan diberitahu tentang "kegiatan pengintaian informasi" yang dicurigai oleh kelompok peretasan yang disebutkan dalam dokumen dakwaan minggu ini.

Advertising
Advertising

"Moderna tetap waspada terhadap ancaman keamanan siber potensial, mempertahankan tim internal, layanan dukungan eksternal, dan hubungan kerja yang baik dengan otoritas luar untuk terus meninjau ancaman dan melindungi informasi berharga kami," kata juru bicara perusahaan Ray Jordan, yang menolak untuk memberikan perincian lebih lanjut.

Pejabat keamanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim, tidak memberikan rincian lebih lanjut. FBI dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS menolak untuk mengungkapkan identitas perusahaan yang menjadi target para peretas Cina.

Surat dakwaan 7 Juli menuduh bahwa dua peretas Cina, yang diidentifikasi sebagai Li Xiaoyu dan Dong Jiazhi, melakukan peretasan selama satu dasawarsa yang baru-baru ini mencakup penargetan kelompok penelitian medis Covid-19.

Jaksa penuntut mengatakan Li dan Dong bertindak sebagai kontraktor untuk Kementerian Keamanan Negara Cina, sebuah badan intelijen negara. Pesan-pesan yang ditinggalkan beberapa akun digital Li dengan nama alias "oro0lxy" tidak dikembalikan. Rincian kontak untuk Dong tidak tersedia.

Cina berulang kali membantah terlibat dalam peretasan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina di Beijing, Wang Wenbin, menyebut tuduhan peretasan Moderna itu tidak berdasar.

Kandidat vaksin Moderna adalah salah satu riset vaksin paling awal dan terbesar oleh pemerintahan Trump untuk memerangi pandemi.

Pemerintah federal mendukung pengembangan vaksin perusahaan dengan hampir setengah miliar dolar AS dan membantu Moderna meluncurkan uji klinis hingga 30.000 orang yang dimulai bulan ini.

Cina juga berlomba untuk mengembangkan vaksin, menyatukan sektor negara, militer dan swasta untuk memerangi penyakit yang telah menewaskan lebih dari 660.000 orang di seluruh dunia.

Juru bicara Kemenlu Cina, Wang Wenbin, mengatakan Cina telah memimpin dalam pengembangan vaksin virus corona di dunia dan seharusnya Cina yang lebih khawatir jika negara lain menggunakan peretas untuk mencuri teknologinya.

"Kami sama sekali tidak perlu terlibat dalam pencurian untuk mencapai posisi terdepan ini," kata Wang.

Dua perusahaan riset medis tak dikenal lainnya yang disebutkan dalam dakwaan Departemen Kehakiman AS digambarkan sebagai perusahaan bioteknologi yang berbasis di California dan Maryland. Jaksa mengatakan para peretas "mencari celah keamanan" dan "melakukan pengintaian" terhadap mereka.

Dokumen pengadilan menggambarkan perusahaan California itu bekerja pada penelitian obat antivirus dan menyarankan perusahaan Maryland secara terbuka mengumumkan upaya untuk mengembangkan vaksin pada bulan Januari. Ada dua perusahaan yang cocok dengan deskripsi tersebut, Gilead Sciences Inc dan Novavax Inc.

Juru bicara Gilead, Chris Ridley mengatakan perusahaan itu tidak mengomentari masalah keamanan siber. Novavax tidak akan mengomentari kegiatan keamanan siber spesifik tetapi mengatakan, "Tim keamanan siber kami telah diberitahu tentang dugaan ancaman asing yang diidentifikasi dalam berita."

Seorang konsultan keamanan yang akrab dengan banyak penyelidikan peretasan yang melibatkan perusahaan bioteknologi terkemuka pada tahun lalu, mengatakan kelompok-kelompok Cina yang diyakini secara luas terkait dengan Kementerian Keamanan Negara Cina, adalah salah satu kekuatan utama yang menargetkan penelitian Covid-19 secara global.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya