Mahmoud Abbas Tolak Terima Telepon dari Mike Pompeo

Minggu, 28 Juni 2020 13:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, dilaporkan menolak panggilan telepon dari Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pekan ini di tengah rencana aneksasi Tepi Barat dan Lembah Yordan oleh Israel.

Mahmoud Abbas juga mengancam akan mengumpulkan senjata dari pasukan keamanan Otoritas Palestina dan menyerahkannya ke IDF jika Israel bergerak maju dengan rencananya untuk mencaplok Tepi Barat.

Dikutip dari Times of Israel, 28 Juni 2020, lembaga penyiaran publik Kann melaporkan Sabtu kemarin bahwa perwakilan CIA bertemu minggu ini di Ramallah dengan para pejabat Palestina untuk meyakinkan mereka agar membuka dialog dengan Gedung Putih, tentang rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump. Menurut laporan itu upaya ini tidak berhasil. Sekitar seminggu terakhir ini, Pompeo menelepon Abbas tetapi dia menolak menerima panggilan itu, menurut laporan itu.

Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Ramallah telah memboikot pemerintahan Trump sejak presiden AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017, dan telah menolak rencana perdamaiannya yang menetapkan sekitar 30 persen Tepi Barat untuk Israel dan sisanya untuk calon negara Palestina.

Pada hari Jumat, Channel 12 melaporkan bahwa Israel telah menyampaikan pesan kepada Abbas bahwa mereka mengurangi rencana aneksasinya, yakni tidak akan mencaplok Lembah Yordan dan aneksasi akan dibatasi hanya pada dua atau tiga blok permukiman, mengutip seorang pejabat senior di Ramallah.

Advertising
Advertising

Pejabat itu mengatakan kepada Channel 12 bahwa pesan itu disampaikan melalui Yordania, setelah kepala Mossad Yossi Cohen melaporkan pertemuan tentang masalah tersebut dengan Raja Abdullah minggu ini.

Pejabat itu mengatakan tidak ada rincian spesifik yang diberikan pada permukiman yang akan dianeksasi, tetapi mengatakan implikasinya adalah sejumlah kecil blok. Ada tiga blok permukiman utama, yakni Ma'ale Adumim (di sebelah timur Yerusalem), Blok Etzion (di selatan ibukota) dan Ariel (di jantung Tepi Barat, barat daya Nablus), yang semuanya sudah lama diduduki Israel. Ini mengindikasikan Israel akan berusaha mempertahankan rencana aneksasi apapun kesepakatan yang dirundingkan dengan Palestina.

Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjabat tangan setelah pidato Trump di Museum Israel di Yerusalem 23 Mei 2017. [REUTERS / Ronen Zvulun / File Foto]

Menurut Channel 12, Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi mengatakan bahwa Israel tidak mungkin mencaplok Lembah Yordan di bawah rencana perdamaian pemerintahan Trump.

Laporan Selasa malam juga mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berharap mendapat persetujuan Gedung Putih untuk tahap pertama aneksasi yang akan mencakup tidak hanya satu atau lebih dari blok permukiman besar seperti Ma'ale Adumim, Ariel atau Blok Etzion, tetapi juga satu atau lebih permukiman yang relatif "terisolasi", dan jauh lebih dalam di Tepi Barat. Ini juga mengindikasikan bahwa permukiman yang terisolasi itu juga tidak akan menjadi bagian dari negara Palestina di masa depan. Rencana tahap kedua dari aneksasi akan lebih luas sesuai dengan janji Netanyahu untuk memperluas kedaulatan Israel ke seluruh 132 pemukiman dan Lembah Yordan.

Sebuah laporan pada hari Kamis dari Channel 12 mengatakan para kepala keamanan terpecah belah tentang kemungkinan konsekuensi aneksasi, dengan para kepala militer dan Mossad berselisih mengenai apakah langkah itu akan menimbulkan kekerasan signifikan Palestina atau tidak.

Sayap perlawanan Palestina di Gaza, Hamas, mengatakan pada Kamis bahwa aneksasi Tepi Barat dan Lembah Yordan adalah deklarasi perang Israel terhadap rakyat Palestina.

"Rencana Israel adalah pencurian tanah Palestina terbesar dalam beberapa dasawarsa," kata juru bicara brigade Hamas Izzadin al-Qassam, Abu Obeidam, dikutip dari Jerusalem Post.

Tekanan internasional semakin meningkat setelah Netanyahu menetapkan 1 Juli sebagai tanggal proses aneksasi Tepi Barat dan mendesak Israel membatalkan niatnya.

Tidak jelas apakah Israel akan melanjutkan pencaplokannya pada 1 Juli, karena Amerika Serikat masih mempertimbangkan apakah akan memberi restu atau tidak. Tiga hari diskusi Gedung Putih mengenai aneksasi Tepi Barat pada minggu ini berakhir tanpa keputusan final.

Berita terkait

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

6 menit lalu

Netanyahu Dipaksa Mundur oleh Demonstran Israel dalam Upacara Peringatan Holocaust

Seorang pria mendesak Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu untuk mundur dalam upacara Hari Peringatan Holocaust

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

43 menit lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

1 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

1 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

2 jam lalu

Benjamin Netanyahu: Kami Akan Lanjutkan Pertempuran

Bagi Benjamin Netanyahu, memenuhi tuntutan Hamas sama dengan menyerah. Pihaknya memilih untuk melanjutkan pertempuran

Baca Selengkapnya

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

3 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

3 jam lalu

Pembungkaman Al Jazeera oleh Israel: Pembunuhan Jurnalis hingga Penutupan Kantor

Setelah berkali-kali diancam akan ditutup, Al Jazeera akhirnya benar-benar ditutup di Israel dengan alasan menyebarkan hasutan.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

3 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

4 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi, Maroko dan Mesir di KTT OKI Menuntut Gencatan Senjata Segera di Gaza

4 jam lalu

Arab Saudi, Maroko dan Mesir di KTT OKI Menuntut Gencatan Senjata Segera di Gaza

Arab Saudi, Maroko dan Mesir kompak menyerukan gencatan senjata dalam perang Gaza di KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-15

Baca Selengkapnya