John Bolton Enggan Pilih Trump atau Joe Biden dalam Pemilu

Senin, 22 Juni 2020 18:00 WIB

Penasihat Keamanan Nasional John Bolton mendengarkan ketika Presiden AS Donald Trump mengadakan rapat kabinet di Gedung Putih di Washington, AS, 9 April 2018. [REUTERS / Kevin Lamarque]

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, John Bolton, mengaku tidak akan memilih Donald Trump maupun Joe Biden untuk pilpres AS 2020 yang digelar pada November.

"Saya kira dia tidak cocok untuk menjabat," kata Bolton tentang Trump dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan pada Ahad, 21 Juni 2020. "Saya tidak berpikir dia memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan itu. Saya tidak berpikir dia seorang Republik yang konservatif."

"Saya tidak akan memilihnya (Trump) pada bulan November. Tentu saja tidak akan memilih Joe Biden," kata Bolton.

Sebagai gantinya, Bolton mengatakan kepada Martha Raddatz dari ABC bahwa ia akan "menulis nama kandidat seorang Republikan konservatif di kertas suara saat pencoblosan."

Sebelumnya The Daily Telegraph melaporkan pada Minggu malam bahwa Bolton, seorang Republikan sejati, mengatakan dia akan memilih mantan wakil presiden daripada Trump. Juru bicara Bolton mengatakan surat kabar itu salah.

Advertising
Advertising

"Pernyataan ini salah. John Bolton tidak pernah mengatakan dia berencana untuk memilih Joe Biden," kata Sarah Tinsley, juru bicara Bolton, kepada CNN.

Dalam wawancara dengan ABC, John Bolton berharap Trump hanya menjabat satu periode karena kepresidenannya merusak Amerika Serikat.

Wawancara John Bolton dilakukan di tengah kejutan politik atas pengungkapan buku "The Room Where It Happened", yang ditulis Bolton untuk mengungkapkan pengalaman dia selama menjabat di bawah pemerintahan Trump. Buku ini mengklaim bagaimana kebijakan luar negeri dan kepentingan pribadi menyelimuti pemerintahan Trump. Gedung Putih berupaya untuk melarang John Bolton menerbitkan buku itu, meski salinan naskah sudah dimiliki organisasi media.

Trump sendiri telah mengecam Bolton sebagai orang "gila" dan "pembohong", sambil menuduhnya mengungkapkan informasi rahasia dan menyerangnya secara pribadi. "Semua orang di Gedung Putih membenci John Bolton."

Komentar-komentar itu bertentangan dengan apa yang dikatakan Trump beberapa bulan lalu setelah Bolton meninggalkan pemerintahan, mengatakan kepada wartawan pada November, "Saya suka John Bolton. Saya selalu akrab dengannya."

Sejak sebagian isi buku itu bocor pada 23 Juni, Bolton dikritik dari dua kubu: kubu Trump dan oposisi Trump. Trump dan sekutunya menuduh Bolton mengkhianati kepercayaannya, sementara para penentang Trump menuduh John Bolton baru keluar sekarang melawan presiden, setelah sebelumnya menolak bersaksi saat dakwaan dan sidang pemakzulan Trump di DPR AS dan Senat.

Berita terkait

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

1 hari lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

3 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

3 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

4 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

4 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

5 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

6 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

8 hari lalu

Polisi AS Lakukan Tindakan Represif Terhadap Demonstran Pro-Palestina, Mahasiswa Tak Cuma Ditangkap

Puluhan kampus di Amerika Serikat gelar aksi pro-Palestina. Apa saja tindakan represif aparat terhadap demonstran?

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

8 hari lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya