Dokter dan Sistem Kesehatan Kuba Sukses Kendalikan Covid-19

Jumat, 12 Juni 2020 18:30 WIB

Dokter Kuba memegang gambar almarhum Presiden Kuba Fidel Castro dalam upacara perpisahan sebelum berangkat ke Italia untuk membantu penyebaran wabah virus corona, di Havana, Kuba, pada 21 Maret 2020.[REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Manuel Marrero Cruz mengatakan pada Rabu, Kuba akan menguji semua pelancong untuk Covid-19 ketika perbatasan dibuka kembali untuk turis asing.

Marrero Cruz mengatakan Kuba akan secara hati-hati membuka lockdown sebagian dan spesialis akan melakukan pemantauan epidemiologi di hotel.

Pada tahap awal, pengunjung tidak akan diperbolehkan mengunjungi Havana, pusat wabah Kuba, menurut laporan Reuters, 12 Juni 2020.

Dalam presentasinya kepada dewan menteri, yang dilaporkan oleh media yang dikelola pemerintah, Marrero Cruz tidak memberikan kerangka waktu untuk pembukaan kembali pariwisata, salah satu sumber pendapatan utama Kuba.

Perdana menteri mengatakan Kuba akan membuka lebih dulu pariwisata domestik dan rincian lebih lanjut akan segera diumumkan.

Advertising
Advertising

Pembukaan pariwisata Kuba menandai tahap baru pengendalian virus corona di negara sosialis itu.

Rata-rata kasus baru turun menjadi kurang dari 10 per hari dari puncak sekitar 50, dan dua pertiga pulau itu bebas virus, menurut data resmi.

Dengan ini, Kuba menjadi negara pertama yang sukses mengendalikan virus corona di benua Amerika, dan kedua di dunia setelah Selandia Baru.

Lantas bagaimana strategi Kuba melawan Covid-19?

Perawatan kesehatan universal dan dokter

Jurnalis AS yang fokus pada isu Kuba, Gail Reed, pernah melaporkan, "dengan poliklinik berbasis komunitas sebagai pusat perhatiannya, sistem perawatan kesehatan utama Kuba telah memberikan hasil yang patut ditiru karena terus beradaptasi dengan tantangan baru".

Kuba memiliki sistem universal health care atau sistem perawatan kesehatan universal, yang berarti semua penduduk mendapat akses kesehatan gratis.

Sistem perawatan kesehatan Kuba, yang lahir dari ideologi sosialis revolusionernya, menganggap akses ke layanan kesehatan sebagai hak fundamental warganya. Ini sangat berfokus pada pendekatan pencegahan untuk pengobatan dan menawarkan pemeriksaan paling sederhana untuk operasi paling kompleks, dan gratis. Perawatan gigi, obat-obatan dan bahkan kunjungan rumah dari dokter semuanya tercakup dalam sistem, menurut The Conversation.

Perawat Yosian Diago memeriksa dari rumah ke rumah untuk orang-orang dengan gejala Covid-19 di tengah kekhawatiran tentang penyebaran penyakit virus corona, di pusat kota Havana, Kuba, 8 Juni 2020. [REUTERS / Alexandre Meneghini]

Kuba adalah negara kepulauan dengan hampir 12 juta penduduk, terletak di wilayah geopolitik yang kompleks. Selama krisis Covid-19 saat ini, negara kecil Karibia itu sering ditampilkan sebagai "rezim Castro", periode dari kematian Fidel Castro pada November 2016 dan akhir kepresidenan Raul Castro pada April 2018.

The Conversation, jaringan media nirlaba yang ditulis akademisi dan peneliti, mengatakan Kuba adalah negara dengan lulusan dokter yang banyak dan sering mengirim dokter ke negara lain. Orang Kuba dapat belajar kedokteran gratis (seperti siswa asing di ELAM, Sekolah Kedokteran Amerika Latin) dan menikmati tingkat dokter per kapita yang lebih dari cukup, tetapi tidak selalu memiliki akses ke obat-obatan dasar karena undang-undang ekstrateritorial AS.

Pada 2017, surat kabar El Pais pernah mengatakan sistem kesehatan telah menjadi kebanggaan bagi pemerintahan Kuba.

Negara ini memiliki dokter-dokter yang terlatih dan cakap. Sektor ini telah menjadi penghasil ekspor penting dan memberi Kuba kekuatan lunak. Namun, gambaran ini sebenarnya tidak terlalu cerah karena banyak infrastruktur kesehatan semakin memburuk dan ada sistem dua tingkat de facto yang menguntungkan mereka yang memiliki uang.

Sejauh ini, 3.337 dokter dan perawat Kuba dari Kontingen Medis Henry Reeve telah bergabung dalam perang melawan virus corona di seluruh dunia, yang lebih dari 2.000 di antaranya adalah perempuan, Xinhua melaporkan.

Kuba telah mengirim 34 tim tanggap darurat ke 27 negara di Amerika Latin, Karibia, Afrika, Timur Tengah, dan untuk pertama kalinya ke Eropa, di mana dua tim medis Kuba masih memberikan bantuan kesehatan di Italia dan Andorra.

Sentralisasi dan kesigapan Kuba

<!--more-->

Kantor berita Kuba, Prensa latina, melaporkan pada hari Kamis bahwa dari 240 kasus virus corona, 239 di antaranya secara klinis stabil, mengutip kementerian kesehatan.

Dr Francisco Duran, direktur nasional Epidemiologi Kuba, mengatakan bahwa Kuba tetap tidak memiliki kasus Covid-19 yang kritis, dan hanya satu pasien yang sakit parah.

Dari 2.095 penelitian yang dilakukan pada hari Rabu, delapan orang dinyatakan positif menderita penyakit ini dengan total 2.219, kata Duran. Sementara total kematian virus corona Kuba mencapai 84.

Ketika Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyebut Amerika Latin sebagai pusat pandemi, Kuba menunjukkan keberhasilan mengendalikan virus.

Angka infeksi dan kematian Kuba membuat Kuba hanya memiliki 0,73 kematian akibat virus corona per 100.000 penduduk, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, sedikit di atas 0,20 Kosta Rika per 100.000 tetapi jauh di bawah 17,4 di Brasil, Reuters melaporkan.

The Guardian melaporkan otoritas Kuba telah memerintahkan puluhan ribu dokter keluarga, perawat, dan mahasiswa kedokteran untuk "secara aktif menyaring" semua rumah di pulau itu untuk kasus Covid-19 setiap hari.

"Tidak ada negara lain di belahan bumi yang melakukan apapun yang melakukan pendekatan secara radikal seperti Kuba. Seluruh organisasi sistem perawatan kesehatan mereka harus berhubungan erat dengan populasi, mengidentifikasi masalah kesehatan saat mereka muncul, dan segera mengatasinya," kata William Leogrande, profesor American University di Washington DC.

Ketika kasus impor pertama dideteksi, Kuba menutup perbatasan negara yang bergantung pada pariwisata. Sekitar 32.500 turis dikarantina dan semua sekolah ditutup untuk memastikan anak-anak aman.

Menurut The Conversation, penduduk Kuba memang dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi segala sesuatu. Mereka tahu bahwa virus corona sudah ada di pulau itu, dengan beberapa puluh kasus terdeteksi dalam beberapa hari, yakni 48 kasus dikonfirmasi pada 24 Maret, 57 pada 26 Maret, 119 pada 29 Maret, 186 pada 1 April, 814 pada 14 April. Dua puluh empat kematian telah didaftarkan pada waktu itu, dan hampir 2.500 orang dirawat di rumah sakit karena mereka menunjukkan gejala penyakit Covid-19.

Saluran resmi pemerintah juga sering mewartakan tentang transmisi Covid-19 dan pencegahannya.

Warga negara dan cuentapropistas (orang Kuba yang bekerja secara mandiri) menjadi pembuat pakaian dan membuat masker kain karena persediaan masker bedah tidak mencukupi. Warga sedang berlatih menjaga jarak sosial sambil menunggu kemungkinan lockdown.

Penduduk Kuba memahami keseriusan situasi, bahkan jika ketakutan akan krisis pangan sangat kuat. Komite untuk Pertahanan Revolusi (CDR) membantu menyebarkan instruksi yang diberikan oleh pemerintah dan memantau munculnya gejala di antara penduduk.

Ini adalah krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi banyak orang di planet ini, tetapi orang-orang Kuba terbiasa hidup dengan pergolakan hebat, baik disebabkan oleh kerusakan akibat badai atau blokade keuangan dan politik yang dipaksakan oleh Amerika Serikat, yang semakin diperkuat sejak Donald Trump berkuasa. Dengan demikian tidak ada risiko perselisihan di supermarket demi sekadar beberapa gulungan kertas toilet atau makanan, dan karena mereka telah hidup selama beberapa dekade dengan buku ransum "libreta" dan mengalami kekurangan semua jenis komoditas setiap hari.

Warisan bioteknologi Fidel Castro

<!--more-->

Kuba telah bekerja di bawah embargo AS selama enam puluh tahun untuk membangun sektor bioteknologi yang dimulai oleh pemimpin revolusioner Fidel Castro, yang dapat memberi Kuba keunggulan dalam perlombaan global menemukan perawatan yang efektif untuk virus corona.

Kuba secara khusus menggembar-gemborkan interferon yang dihasilkannya, agen antivirus berumur puluhan tahun yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Negara kepulauan itu mengatakan telah berhasil merawat virus corona baru di dalam negeri dan di Cina, dan bahwa 80 negara telah menyatakan minatnya untuk membeli interferon alpha 2b produksinya, dikutip dari Reuters.

Interferon telah lama digunakan secara internasional untuk mengobati demam berdarah, kanker dan hepatitis B dan C. Penelitian selama epidemi SARS pada tahun 2003 menyarankan bahwa interferon mungkin juga bermanfaat melawan virus corona.

Havana telah mempromosikan bahwa Cina, tempat pandemi muncul tahun lalu, memasukkan interferon dalam pedoman pengobatannya untuk Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru. Salah satu interferon yang digunakannya diproduksi oleh perusahaan bersama Kuba-Cina Changheber.

Penggunaan interferon bukan tanpa kritik. Banyak yang telah menuduh Kuba menganjurkan pengobatan yang tidak terbukti untuk Covid-19.

Interferon dapat menyebabkan efek samping serius ketika diberikan dalam bentuk biasa, suntikan atau infus, dan beberapa di antaranya mungkin menyebabkan efek samping yang sama seperti gejala Covid, di antaranya demam dan kesulitan bernapas.

Kuba, bagaimanapun, mengatakan telah merawat hampir semua pasiennya dengan suntikan interferon dan memuji obat tersebut karena membantu mencapai tingkat kematian yang lebih rendah di antara 1.804 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, atau 4,1% berbanding rata-rata 5,9% untuk sisa kasus lainnya di benua Amerika.

Interferon, yang dianggap sebagai obat ajaib potensial pada tahun 1970-an dan 1980-an, memiliki tempat khusus di Kuba.

Castro, setelah revolusi tahun 1959, memprioritaskan kesehatan dan pendidikan, dan sangat menaruh minat besar pada perkembangan ilmiah, serta mengirim ilmuwan Kuba ke luar negeri untuk mempelajari produksinya.

Mereka dengan cepat menemukan cara membuatnya di dalam negeri dan obat itu berhasil digunakan selama wabah demam berdarah berdarah tahun 1981. Saat itulah sektor biofarmasi Kuba mulai tumbuh meskipun ada hambatan yang ditimbulkan oleh embargo perdagangan AS.

Sekarang Kuba memproduksi sebagian besar obat yang digunakan di dalam negeri serta lebih dari 300 produk untuk diekspor ke lebih dari 50 negara, termasuk vaksin terapeutik untuk kanker paru-paru yang disebut CIMAvax.

Sekarang ada 21 pusat penelitian dan 32 perusahaan yang mempekerjakan sekitar 20.000 orang di bawah payung BioCubaFarma yang dikelola pemerintah Kuba.

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

7 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

10 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

21 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

14 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

15 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya