TEMPO.CO, Jakarta - Kuba siap mendeklarasikan diri bebas dari virus corona setelah sepekan lebih berturut-turut tidak ada kematian atau kasus baru Covid-19.
Rata-rata kasus baru turun menjadi kurang dari 10 per hari dari puncak sekitar 50 kasus, dan dua pertiga pulai Kuba bebas virus, menurut data resmi.
Senin adalah hari kesembilan berturut-turut tanpa kematian dari Covid-19, sementara penyakit ini terus mengamuk di seluruh Amerika.
"Kita bisa segera mendekati ujung pandemi dan memasuki fase pemulihan dari Covid," kata Presiden Miguel Diaz-Canel pada akhir pekan.
Seperti banyak negara, Kuba menutup perbatasan dan sekolahnya sejak awal wabah dan mendesak warga Kuba untuk mempraktikkan jarak sosial, meskipun ada antrean panjang di luar toko di tengah kelangkaan sembako yang semakin meningkat, seperti dikutip dari Reuters, 9 Juni 2020.
Tapi Kuba dengan cepat mewajibkan masker wajah dan mengkarantina sejumlah besar orang daripada hanya menyuruh mereka tinggal di rumah.
Pelanggaran terhadap regulasi pandemi akan dijatuhi hukuman denda atau bahkan penjara. Pemerintah Kuba juga telah menggunakan monopoli media berita untuk menyiarkan persidangan atas pelanggaran itu untuk memberi contoh dan mendidik warga tentang virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi Amerika Latin sebagai pusat baru pandemi coronavirus, tetapi selama dua bulan terakhir, kasus di Kuba telah menurun.
Orang Kuba sekarang 24 kali lebih kecil kemungkinannya untuk tertular virus daripada orang Dominikan, atau 27 kali lebih kecil kemungkinannya untuk tertular dibandingkan orang Meksiko, dan lebih dari 70 kali lebih mungkin terinfeksi daripada orang Brasil, The Guardian melaporkan.
Reina Paula, seorang pramuniaga di supermarket La Epoca Havana, mengatakan seorang pekerja dinyatakan positif terkena virus corona dan otoritas setempat mengirim staf lainnya ke fasilitas isolasi untuk pengujian.
Penyedia layanan kesehatan melacak kerabat mereka dan mengirim mereka ke karantina, sementara media berita pemerintah secara terbuka meminta siapapun yang telah melakukan kontak dekat dengan mereka untuk maju guna mencegah penyebaran virus.
"Mereka mengikuti langkah-langkah klinis sangat rinci seperti arloji Swiss," kata Paula, di rumah setelah pulih dari Covid-19.
Mereka yang dites positif dipindahkan ke rumah sakit, di mana mereka diberi antivirus dan penguat sistem kekebalan tubuh, sementara yang lain dikirim pulang ke karantina selama dua minggu.
Kisah Paula menggambarkan pendekatan keras yang telah diambil Kuba untuk mengekang wabah virus corona, dibantu oleh sistem perawatan kesehatan preventif, universal, dan staf negara kepulauan Karibia, sentralisasi dan tindakan pemaksaan.
Penindakan itu sangat penting secara politis bagi Partai Komunis yang berkuasa di Kuba, yang mengklaim sistem perawatan kesehatan yang kuat sebagai pencapaian utama, bahkan ketika Kuba gagal memenuhi perekonomian yang sebagian karena embargo perdagangan AS.
Keberhasilan itu mendapat pujian dari warga.
"Sekali lagi," kata penduduk Havana, Marina Rodriguez, "negara kami telah menunjukkan bahwa meskipun mengalami kesulitan, Kuba selalu dapat mengendalikan epidemi."
Kuba juga telah mengirim puluhan ribu dokter keluarga, perawat, dan mahasiswa kedokteran ke rumah-rumah di seluruh negeri setiap hari untuk melakukan pemeriksaan. Kuba memiliki sistem kesehatan yang kuat bahkan ketika turunnya sumber daya negara dalam beberapa dekade terakhir telah membuat rumah sakit tidak terawat dan kekurangan obat.
Ahli epidemiologi terkemuka Kuba, Francisco Duran, mengatakan deteksi dini, rawat inap dan penerapan perawatan eksperimental, yang banyak dikembangkan oleh sektor bioteknologi negara itu sendiri, telah membantu mengurangi kematian Covid-19.
Kuba, dengan populasi 11 juta, telah melaporkan 2.200 kasus dan 83 kematian. Angka ini berarti Kuba hanya memiliki 0,73 kematian akibat virus corona per 100.000 penduduk, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, sedikit di atas 0,20 Kosta Rika per 100.000 tetapi jauh di bawah 17,4 di Brasil.