BTS 5G yang dibangun Huawei pada ketinggian 6.500 meter di Puncak Everest, Pegunungan Himalaya, di Cina. (ANTARA/HO)
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Militer Atlantik Utara, NATO, meminta Inggris untuk mengkaji kembali keterlibatan Huawei dalam pembangunan infrastruktur 5G. Hal itu berkaitan dengan resiko operasi mata-mata oleh Cina.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menganggap ancaman Cina nyata adanya. Apalagi, kata ia, Cina mulai masuk ke berbagai sektor yang selama ini didominasi negara-negara barat mulai dari antartika, luar angkasa, telekomunikasi.
"Saya yakin Pemerintah Inggris akan mendesain jaringan telekomunikasi 5G-nya dengan mempertimbangkan faktor keamanan. Oleh karenanya, penting untuk mengkaji kembali bagaimana pembangunan akan dilakukan," ujar Stoltenberg sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 10 Juni 2020.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Huawei telah mulai berpromosi bahwa mereka akan terlibat dalam pembangunan infrastruktur 5G di Inggris. Sebab, Januari lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah menyatakan bahwa Huawei akan memiliki peran terbatas dalam pembangunan 5G.
Langkah Inggris tersebut dikecam oleh sekutunya, terutama Amerika yang tengah berseteru dengan Cina. Inggris sudah mencoba menyakinkan sekutu-sekutunya bahwa Huawei hanya akan terlibat dalam pembangunan jaringan non vital, namun tetap diprotes. Alhasil, Inggris mulai mengkaji kembali soal keterlibatan Huawei ke depannya.
"Cina semakin dekat dengan kita. Kami sudah melihatnya di Antartika dan bagaimana mereka terlibat dalam pembangunan infrastruktur penting di Eropa. Penting menanggapi hal itu," ujar Stoltenberg.
Huawei, di satu sisi, optimistis tetap bisa membantu Inggris dalam membangun jaringan telekomunikasi 5G-nya. Mereka lebih khawatir soal ketersediaan perangkat karena sanksi dagang yang diterapkan Amerika.