Berikan Keterangan Berbeda, WHO Bikin Bingung Pakar Soal Corona

Selasa, 9 Juni 2020 14:59 WIB

Pemerintah Indonesia dianggap belum memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menjalankan tatanan normal baru. Berikut ini perbandingan beberapa poin pedoman yang ditentukan WHO dengan kondisi di Indonesia.

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menimbulkan kebingungan di antara pakar medis soal pernyataannya terkait penyebaran virus Corona. WHO, pada Senin kemarin, menyatakan bahwa penyebaran virus Corona oleh pasien tanpa gejala cenderung jarang, bahkan langka.

Hal tersebut berbeda dengan pernyataan para pakar selama ini. Selama ini, para pakar epidemi dan medis selalu mengatakan bahwa ada banyak kasus di mana pasien tanpa gejala menyebarkan virus Corona. Dengan adanya pernyataan berbeda dari WHO, para pakar khawatir hal tersebut akan menimbulkan kebingungan dalam memahami virus Corona.

"Pernyataan WHO, secara fundamental, mengubah pemahaman kami soal penyebaran virus Corona dan responnya," ujar Ashish Jha, Direktur Harvard's Global Health Institute sebagaimana dikutip dari New York Times, Selasa, 9 Juni 2020.

Dalam pernyataan WHO yang menimbulkan kontroversi tersebut, mereka mengatakan bahwa penyebaran virus Corona oleh mereka yang tidak memiliki gejala tergolong langka. Dari kebanyakan kasus yang ada, menurut WHO, kebanyakan penyebabnya masih pasien dengan gejala.

WHO pun menegaskan bahwa mereka tidak asal klaim. Pernyataan tersebut, kata WHO, mengacu pada data pelacakan dari berbagai negara. Oleh karenanya, WHO menyarankan agar negara-negara lebih fokus mengendalikan penyebaran oleh mereka yang memiliki gejala Corona.

Menanggapi penjelasan WHO, Ashish Jha meminta WHO untuk segera memberikan penjelasan yang lebih detil. Penjelasan dengan dampak sebesar itu, kata Jha, tidak sepantasnya hanya disampaikan sekilas dalam jumpa pers berdurasi satu jam. Malah, kalau perlu, satu pertemuan khusus digelar.

"Pemahaman bahwa penyebaran disebabkan oleh pasien tanpa gejala adalah penyebab utama kenapa pengendalian virus Corona sangat sulit akhir-akhir inu. Jika ternyata tidak seperti itu faktanya, maka responnya akan berubah," ujar Jha.

Hal senada disampaikan oleh Avantika Singh, peneliti dari Boston Children Hospital yang khusus mendalami penularan oleh pasien tanpa gejala. Ia tertarik mendengar lebih banyak penjelasan WHO soal pernyataan terbaru mereka.

"Jika mengacu pada bukti (yang kami miliki), sangat menyakinkan bahwa penyebaran oleh pasien tanpa gejala maupun dengan gejala benar terjadi," ujar Singh.

Per berita ini ditulis, total jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia adalah 7,2 juta. Sementara itu, untuk mereka yang meninggal, ada 408 ribu jiwa.

ISTMAN MP | NEW YORK TIMES

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

8 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

11 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

22 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya