Fasilitas Kesehatan Remuk karena Perang, Covid-19 di Yaman Naik

Selasa, 19 Mei 2020 09:30 WIB

Warga Muslim membaca Al Quran di sebuah masjid saat bulan Ramadan di tengah pandemi virus Corona di Sanaa, Yaman, 26 April 2020. Sebelum virus Corona masuk ke Yaman pada awal April, negara itu telah membuat kebijakan antisipasi seperti meliburkan sekolah, membatasi perbatasan dan mengeluarkan arahan untuk warga agar beribadah di rumah. REUTERS/Khaled Abdullah

TEMPO.CO, Jakarta - Dampak wabah virus corona di Yaman akan sangat menghancurkan setelah negara itu selama bertahun-tahun mengalami perang sipil. Kepala Badan PBB untuk urusan pengungsi atau UNRA, Jean-Nicolas Beuze, memperingatkan jumlah kasus Covid-19 di Yaman berkembang cepat, di mana saat bersamaan banyak lembaga-lembaga nirlaba terpaksa meninggalkan program kemanusiaan mereka.

“Virus corona mungkin akan menghancurkan dukungan bagi Yaman. Sulit bagi otoritas-otoritas kesehatan publik meskipun mereka telah mengerahkan upaya untuk melacak penyebaran virus corona. Mereka tidak punya cukup alat tes. Separuh dari fasilitas Kesehatan hancur dalam lima tahun konflik. Banyak orang-orang meninggal karena penyebab lain seperti demam berdarah, malaria dan kolera,” kata Beuze, seperti dikutip dari news.sky.com

Hanaa Ahmad Ali Bahr, seorang gadis cilik yang menderita malnutrisi digendong ayahnya di sebuah kota kumuh di Hodeidah, Yaman, Senin, 25 Maret 2019. Perang brutal di negara Yaman memasuki tahun kelimanya pekan ini tanpa terlihat tanda-tanda akan berakhir. REUTERS/Abduljabbar Zeyad

Peringatan PBB itu disampaikan menyusul tayangnya rekaman video yang diambil oleh Sky News yang memperlihatkan wilayah selatan Kota Aden. Di sana terlihat deretan kuburan menyusul naiknya angka kematian.

Banyak penyakit telah menjadi endemik di Yaman dan bertahun-tahun perang sipil membuat jutaan warga Yaman kehilangan tempat tinggal. Lebih dari 24 juta warga Yaman atau sekitar 80 persen dari total populasi, membutuhkan bantuan kemanusiaan. Separuh dari jumlah fasilitas kesehatan tidak berfungsi dan hampir seperempat dari total distrik di Yaman tak punya dokter.

Advertising
Advertising

“Kita tahu bahwa imunitas di kalangan populasi sangat rendah. Kita disini bicara tentang orang yang mungkin makan sekali sehari. Kami sedang bicara soal anak-anak yang belum di vaksin, masyarakat yang kehilangan tempat tinggal karena dibom sehingga tidak punya lagi mata pencaharian,” kata Beuze.

Menurut Beuze, hampir semua mitra-mitra kemanusiaan di Yaman kehabisan dana. Negara-negara pendonor memangkas anggaran mereka, UNHCR bahkan akan ditutup padahal dana bantuan sedang sangat dibutuhkan.

“Jadi kita akan meninggalkan 3,6 juta orang yang kehilangan tempat tinggal dan 280 ribu pengungsi tanpa bantuan. Ini soal hidup – mati bagi mereka,” ujar Beuze.

Di wilayah selatan kota Aden, krisis terlihat jelas di kawasan pemakaman Radhwan. Dalam seminggu terakhir saja, di kota ini ada sekitar 500 orang meninggal dengan gejala mirip gejala infeksi virus corona. Angka kasus baru virus corona tampaknya naik signifikan di Yaman.

Jumlah dan penyebab pasti kematian sulit ditemukan keakuratannya karena Yaman remuk akibat perang. Dengan begitu, tak heran Yaman yang awalnya nol kasus virus corona berubah menjadi ratusan orang terinfeksi virus mematikan tersebut.

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

15 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

18 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

1 hari lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis Hambat Bantuan ke Gaza!

1 hari lalu

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis Hambat Bantuan ke Gaza!

Menlu Retno Marsudi menilai bantuan kemanusiaan ini sangat diperlukan masyarakat Gaza saat ini.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Biaya Perang Israel di Gaza Tembus Rp258 Triliun, Anggaran Mulai Tergerus

8 hari lalu

Biaya Perang Israel di Gaza Tembus Rp258 Triliun, Anggaran Mulai Tergerus

Israel telah menghabiskan dana sebesar 60 miliar shekel atau sekitar Rp258 triliun setelah tujuh bulan perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Polres Metro Depok Bantu Gibran Bocah Viral Karena Kelaparan di Bogor

9 hari lalu

Polres Metro Depok Bantu Gibran Bocah Viral Karena Kelaparan di Bogor

Polres Metro Depok memberikan bantuan ke Gibran bocah di Bogor yang viral karena kelaparan.

Baca Selengkapnya

Lawan Pasukan TNI Polri di Papua, TPNPB Mengaku Berbaur dengan Masyarakat adalah Strategi Perang

9 hari lalu

Lawan Pasukan TNI Polri di Papua, TPNPB Mengaku Berbaur dengan Masyarakat adalah Strategi Perang

TPNPB menyatakan sudah meminta masyarakat untuk meninggalkan delapan daerah yang mereka klaim sebagai wilayah perang di Papua.

Baca Selengkapnya