TEMPO.CO, Jakarta - Khawatir akan gelombang kedua Corona, Inggris akan menerapkan kebijakan karantina terhadap para pendatang ketika lockdown dilonggarkan. Hal tersebut disampaikan oleh Asosiasi Maskapai Penerbangan Inggris yang khawatir kebijakan itu malah akan berdampak buruk secara ekonomi.
"Perlu ada jalan keluar untuk rencana tersebut. Idealnya, dievaluasi setiap pekan karena bisa berdampak buruk terhadap industri penerbangan ataupun pariwisata," ujar Asosiasi Maskapai Penerbangan Inggris, Airlines UK, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 9 Mei 2020.
Jika tidak ada halangan, kebijakan karantina tersebut akan diumumkan pada Ahad esok oleh Perdana Menteri Boris Johnson. Adapun penerapannya akan berlaku bagi siapapun, tidak terkecuali warga Inggris yang baru saja kembali dari berpergian ke luar negeri.
Berbeda dengan karantina ketika wabah virus Corona pertama kali terjadi, kebijakan terbaru ini akan memperbolehkan pendatang menentukan sendiri di mana lokasi karantina mereka. Namun, mereka harus menyetor alamat lengkap dan nomor kontak lokasi karantina kepada petugas imigrasi begitu tiba di Inggris. Dengan begitu, keberadaan mereka bisa dipantau.
Jika pendatang ketahuan melanggar karantina tersebut, maka akan ada dua hukuman dipersiapkan. Hukuman tersebut antara denda atau dideportasi ke negara asal. Adapun kebijakan tersebut tidak akan berlaku untuk mereka yang datang dari Irlandia, Kepulauan Channel, atau Isle of Man.
Airlines UK melanjutkan bahwa mereka akan mencoba melobi pemerintah Inggris untuk membuka ruang penyesuaian. Dengan begitu, maskapai penerbangan bisa memberikan masukan soal bagaimana kebijakan tersebut sebaiknya dijalankan.
"Kami juga ingin mendapatkan kepastian bahwa kebijakan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan medis," ujar Airlines UK dalam keterangannya.
Asosiasi Operator Airport Inggris memberikan komentar senada dengan Airlines UK. Menurut mereka, kebijakan karantina tersebut perlu dikaji kembali. Sebab, tidak akan terdengar baik di telinga pendatang jika mereka tahu akan dikarantina dua pekan, bahkan ketika lockdown dilonggarkan.
"Jika pemerintah benar-benar yakin bahwa karantina itu diperlukan secara medis, maka penerapannya harus selektif. Harus ada langkah keluar yang jelas dan mitigasi terhadap dampak ekonominya," ujar Kepala Asosiasi Operator Airport Inggris, Karen Dee.
Pemerintah Inggris belum memberikan komentar hingga sekarang. Adapun Inggris, sejauh ini, telah mencatatkan 211.364 kasus dan 31.241 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Untuk menekan angka itu, lockdown diterapkan yang sudah berjalan enam pekan.