Televisi ABS-CBN Berhenti Siaran, Balas Dendam Presiden Duterte?

Rabu, 6 Mei 2020 12:09 WIB

Televisi ABS-CBN di Filipina resmi Ditutup. [INQUIRER.NET]

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Telekomunikasi Nasional Filipina memerintahkan penutupan operasional televisi terbesar dan terkemuka negara itu, ABS-CBN sejak kemarin malam.

Penutupan televisi dengan jaringan terbesar di Filipina disebabkan sekutu presiden Rodrigo Duterte di Kongres menolak memperbarui izin operasional televisi yang sudah berjalan 25 tahun.

Izin operasional ABS-CBN berakhir pada Senin kemarin, 4 Mei 2020.

Sejak awal menjabat sebagai presiden, Duterte telah berulang kali mengeluarkan pernyataan kebencian pada televisi ABS-CBN. Duterte juga berulang kali mengeluarkan ancaman mencabut izin operasional televisi itu setelah kerap mengkritik kebijakannya melalui pemberitaan.

Amarah Duterte juga belum reda karena saat pemilihan presiden tahun 2016, ABS-CBN disebut gagal menyiarkan iklan kampanyenya dan tidak mengembalikan pembayaran.

Advertising
Advertising

Desember tahun lalu, presiden Duterte melontarkan ejekan kepada stasiun televisi itu: "ABS-CBN, kontrak Anda akan berakhir. Jika saya jadi Anda, lebih baik Anda menjualnya...Saya akan memastikan bahwa Anda akan mengingat episode kali ini untuk selamanya."

Juru bicara Presiden, Harry Roque mengatakan dalam pernyataannya kemarin, Presiden Duterte menyerahkan nasib ABS-CBN kepada Kongres.

Presiden Duterte, ujarnya, juga telah menerima pernyataan maaf dari pihak ABS-CBN sehubungan dengan sengketa iklan pada pemilihan presiden 2016.

Sejumlah organisasi media dan pendukung kemerdekaan pers mengkritik Presiden Duterte dan sekutunya yang sengaja mematikan kemerdekaan pers di Filipina dengan tidak memperbarui izin operasional ABS-CBN.

"Memerintahkan ABS-CBN menghentikan operasionalnya merupakan serangan berlebihan terhadap kebebasan media. Penduduk Filipina membutuhkan informasi yang akurat dari sumber-sumber independen. Pemerintah harus segera bertindak agar ABS-CBN tetap mengudara dan menghentikan semua upaya untuk membatasi kebebasan media," ujar Amnesty International dalam pernyataannya.

Meski operasional televisi ABS-CBN resmi ditutup kemarin, namun pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte memberikan kesempatan kepada televisi itu melakukan perlawanan ke Pengadilan Mahkamah Filipina.

Stasiun televisi ABS-CBN memperkerjakan lebih dari 11 ribu karyawan. Jutaan pelanggan televisi ini akan dirugikan karena tidak dapat lagi menyaksikan pemberitaan media itu.

Berita terkait

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

5 hari lalu

Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai

Banjir di Dubai menyebabkan empat orang lagi tewas, tiga di antaranya adalah warga Filipina.

Baca Selengkapnya

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

16 hari lalu

Warga Filipina Injak Patung Xi Jinping saat Unjuk Rasa Laut Cina Selatan

Pengunjuk rasa di Manila menginjak-injak patung Presiden Cina Xi Jinping saat protes menentang "agresi" Cina di Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

20 hari lalu

Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

Chocolate Hills merupakan bukit-bukit landari yang bergerombol di pulau Bohol, Filipina

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Taipe Hadapi Gempa Taiwan 7,2 Magnitudo

20 hari lalu

Fakta-fakta Taipe Hadapi Gempa Taiwan 7,2 Magnitudo

Dua bangunan yang rusak paling parah akibat gempa Taiwan masih utuh, memungkinkan penghuninya untuk memanjat ke tempat yang aman melalui jendela.

Baca Selengkapnya

AS, Filipina dan Jepang akan Bahas Laut Cina Selatan pada KTT Trilateral

20 hari lalu

AS, Filipina dan Jepang akan Bahas Laut Cina Selatan pada KTT Trilateral

Pembahasan di KTT trilateral antara Amerika Serikat, Filipina dan Jepang pekan depan akan mencakup Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Korban Jiwa Gempa Taiwan Menjadi Sembilan Orang, 50 Lainnya Dilaporkan Hilang

22 hari lalu

Korban Jiwa Gempa Taiwan Menjadi Sembilan Orang, 50 Lainnya Dilaporkan Hilang

Gempa Taiwan menewaskan sedikitnya sembilan orang dan 50 lainnya dilaporkan hilang dalam perjalanan ke taman nasional

Baca Selengkapnya

Joe Biden dan Xi Jinping Bicara Soal Taiwan dan Laut Cina Selatan

22 hari lalu

Joe Biden dan Xi Jinping Bicara Soal Taiwan dan Laut Cina Selatan

Presiden Joe Biden dan Xi Jinping mendiskusikan soal Taiwan dan Laut Cina Selatan dalam percakapan telepon terbaru.

Baca Selengkapnya

Taiwan Diguncang Gempa Terkuat dalam 25 Tahun, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

23 hari lalu

Taiwan Diguncang Gempa Terkuat dalam 25 Tahun, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

Gempa bumi berkekuatan lebih dari 7 magnitudo mengguncang Taiwan, Jepang hingga Filipina. Puluhan orang luka-luka, 1 tewas.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

24 hari lalu

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

Dewan Pers mengungkap motif penganiayaan oleh 3 anggota TNI AL itu. Korban dipaksa menandatangani 2 surat jika penganiayaan ingin dihentikan.

Baca Selengkapnya

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

28 hari lalu

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia

Baca Selengkapnya