Pakar: Virus Corona Picu Perang Dingin Antara Cina dan Amerika

Rabu, 6 Mei 2020 07:00 WIB

Presiden AS Donald Trump berpartisipasi dalam program siaran langsung balai kota virtual Fox News Channel berjudul "America Together: Returning to Work" tentang respons terhadap pandemi penyakit virus corona (COVID-19) yang disiarkan dari dalam Lincoln Memorial di Washington, AS 3 Mei 2020.[REUTERS / Joshua Roberts]

TEMPO.CO, Jakarta - Terus memburuknya hubungan Cina dan Amerika semasa pandemi virus Corona (COVID-19) diperkirakan akan berujung pada Perang Dingin yang baru. Hal itu disampaikan oleh salah mantan penasehat dan negosiator Gedung Putih, Clete Willems, usai mengkaji perkembangan relasi Cina dan Amerika sejauh ini.

"Saya tahu orang akan merasa tidak nyaman dengan istilah 'Perang Dingin', namun kenyataannya memang seperti itu. Ini adalah awal dari Perang Dingin yang baru dan bisa memburuk jika tidak ditangani dengan baik," ujar Willems sebagaimana dikutip dari CNBC, Selasa, 5 Mei 2020.

Sebelum pandemi virus Corona menyerang, hubungan Cina dan Amerika memang sudah buruk. Keduanya kerap berseteru dan saling tuduh. Misalnya, tahun lalu, Presiden Amerika Donald Trump menuduh perusahaan teknologi Cina, Huawei, mencoba memata-matai pemerintah dengan infrastruktur 5G yange mereka siapkan. Kelanjutannya, Trump melarang perusahaan teknologi di Amerika untuk mensuplai perangkat teknologi apapun ke Cina.

Perseteruan terbaru di antara keduanya adalah soal asal usul virus Corona. Trump menyebut virus Corona berasal dari Cina dan kemungkinan diciptakan di sana. Sementara itu Cina menyebut virus Corona diciptakan di Amerika baru kemudian di bawa ke Cina. Penasehat epidemi Gedung Putih. Anthony Fauci, sampai gerah dengan perdebatan keduanya karena secara sains sudah jelas virus Corona tercipta secara alami.

Rencana terbaru Trump, terhadap Cina, adalah memberikan sanksi dagang terhadap mereka. Hal itu masih berkaitan dengan pandemi virus Corona. Wujudnya diperkirakan akan berupa tarif tinggi yang dibebankan kepada Cina.

Willems, yang sempat terlibat dalam negosiasi dagang Cina dan Amerika, mengatakan bahwa perang keduanya baru akan usai jika mereka berniat mengakhirinya. Namun, sejauh yang ia lihat, kedua negara masih enggan untuk mengakhiri konflik tersebut.

Soal Trump, misalnya, diyakini Willems belum akan berhenti menyerang Cina karena ia membutuhkannya untuk Pemilu Amerika 2020. Trump, kata Willems, membutuhkan kambing hitam untuk buruknya pertumbuhan ekonomi Amerika.

Sementara Cina, kata Willems, aktif menyerang siapapun yang mengungkit-ungkit investigasi asal usul virus Corona. Hal itu tidak terbatas pada Amerika saja, namun juga pada Uni Eropa dan Australia yang mendukung investigasi virus Corona. Ia menduga Cina mencoba menyembunyikan sesuatu terkait virus Corona dan hal itu memperkeruh hubungan dengan Amerika yang sudah frustasi ke Cina.

"Saya bukan tipe orang yang mempercayai teori konspirasi. Namun, jika Cina merasa tidak ada yang perlu mereka sembunyikan, kenapa mereka mengancam Australia, Uni Eropa, dan Amerika? Sejauh yang saya lihat, mereka hanya meminta adanya investigasi asal usul virus Corona (COVID-19)," ujar Willems.

ISTMAN MP | CNBC

Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

36 menit lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

3 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

14 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

15 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

19 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

20 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya