Shinzo Abe Keluhkan Pelaporan Data VIrus Corona Masih Memakai Fax

Jumat, 1 Mei 2020 13:36 WIB

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendengarkan Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi di kediaman resmi perdana menteri di Tokyo, Jepang, 25 Februari 2020. [Kimimasa Mayama / Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Di balik berbagai teknologi canggih yang dibuatnya, Jepang masih menerapkan cara klasik dalam melaporkan data pandemi virus Corona (COVID-19). Cara klasik itu adalah menggunakan mesin fax.

Mengutip Reuters, kebanyakan organisasi di Jepang masih menggunakan fax untuk mengirimkan dokumen atau melaporkan data-data penting. Salah satu alasannya, agar penerima masih memiliki data yang berupa hard copy. Selain itu, untuk situasi-situasi tertentu, penerima bisa langsung meneken atau memberikan stempel (hanko) pada dokumen yang diterima. Uniknya, Perdana Menteri Shinzo Abe gerah dengan teknologi klasik itu, apalagi di situasi pandemi virus Corona.

"Abe telah meminta menteri-menteri di kabinetnya untuk memperbaiki aturan pelaporan dan menyederhanakan prosedur yang terlalu bertele-tele (dalam pelaporan virus Corona)," sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 1 Mei 2020.

Kementerian Kesehatan Jepang langsung meresponnya. Kamis kemarin, mereka menyatakan akan mengganti pelaporan lewat mesin fax dengan sistem pelaporan online yang lebih canggih. Dengan begitu, data atau laporan soal virus Corona bisa disampaikan dengan cepat.

Rencana kementerian, sistem online itu akan mulai digunakan pada 10 Mei nanti. Namun, tidak secara luas, melainkan secara terbatas. Pemberlakuan secara terbatas itu tidak hanya 1-2 hari, tapi sepekan lebih. Dengan kata lain, institusi medis baru bisa memakai sistem baru secara luas, paling cepat, 17 Mei nanti.

Pertimbangan yang dipakai kementerian, tim tenaga medis membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan sistem baru. Di sisi lain, mereka juga masih disibukkan dengan penanganan pandemi virus Corona yang sudah memakan ratusan korban.

"Sistem baru ini akan memberikan banyak manfaat untuk pusat medis dan mengefisiensikan pengumpulan data terkait virus Corona. Hal itu mulai dari kasus baru, pasien di rumah sakit, hingga kasus-kasus yang parah," ujar Kementerian Kesehatan dalam keterangan persnya.

Anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal, Masaaki Taira, memuji langkah pemerintah Jepang. Menurutnya, perbaikan sistem pelaporan ini adalah langkah maju dalam hal penerapan teknologi informasi di bidang medis.

Bagaimana dengan netizen? Beberapa dari mereka mentertawakan soal betapa ketinggalannya Jepang. Menurut mereka, seharusnya sudah dari dulu Jepang mengganti sistem pelaporan dengan fax.

"Maaf saja, saya tidak bisa mengucapkan selamat. Jadi, selama ini, apa yang kalian lakukan?" ujar akun @mamazon di Twitter.

Hingga berita ini ditulis, Jepang tercatat memiliki 14.088 kasus dan 430 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Untuk menekannya, Jepang berencana memperpanjang status darurat nasional selama sebulan per 6 Mei nanti.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

2 jam lalu

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

8 jam lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

9 jam lalu

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

1 hari lalu

Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

Faktanya, ini bukan kasus pertama karena peretasan data dalam game-game Pokemon merajalela di antara pemain curang.

Baca Selengkapnya

Masjid Indonesia Nagoya di Jepang Mulai Dibangun, Selesai 2025

1 hari lalu

Masjid Indonesia Nagoya di Jepang Mulai Dibangun, Selesai 2025

Masjid Indonesia Nagoya sudah memasuki tahap pembangunan. Nilai proyek masjid Indonesia ini sekitar Rp 9,9 miliar.

Baca Selengkapnya

2 WNI Dapat Penghargaan Bintang Jasa Musim Semi 2024 dari Jepang

1 hari lalu

2 WNI Dapat Penghargaan Bintang Jasa Musim Semi 2024 dari Jepang

2 WNI mendapat penganugerahan bintang jasa musim semi 2024 karena jasa-jasa mereka dalam memperkokoh hubungan Jepang dan Indonesia

Baca Selengkapnya

Yen Merosot, Kunjungan Wisatawan Asing ke Jepang Makin Tinggi

1 hari lalu

Yen Merosot, Kunjungan Wisatawan Asing ke Jepang Makin Tinggi

Pemerintah Jepang pun optimistis bakal bisa melampaui target 2025 yaitu 32 juta pengunjung asing pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Irak di Semifinal Piala Asia U-23 2024

2 hari lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Irak di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Jepang vs Irak akan tersaji pada babak semifinal Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad, Doha, Qatar pada Selasa dinihari.

Baca Selengkapnya

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

2 hari lalu

Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

2 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya