Cina Batasi Publikasi Jurnal Penelitian Tentang Asal Virus Corona

Senin, 13 April 2020 11:08 WIB

Ilustrasi Virus Corona (123rf.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina memberlakukan kebijakan baru terkait akses dan publikasi jurnal penelitian virus Corona. Sekarang, semua jurnal penelitian terkait virus Corona harus diperiksa dulu oleh pemerintah sebelum bisa dipublikasikan. Terutama, jurnal yang berkaitan dengan asal usul virus dengan nama resmi COVID-19 itu.

"Studi yang berkaitan dengan asal-usul virus Corona akan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Cina sebelum diberi izin untuk dipublikasikan," sebagaimana dikutip dari CNN, Senin, 13 April 2020.

Kebijakan baru ini terungkap dari situs-situs universitas di Cina yang mengunggah aturan baru untuk publikasi jurnal. Salah satunya adalah situs Universitas Fudan yang memaparkan secara detil mekanisme pemeriksaan dan publikasi terhadap jurnal-jurnal terkait virus Corona.

Mengutip CNN, ada beberapa poin penting dari unggahan tersebut. Pertama, semua penelitian yang berkaitan dengan pelacakan dan asal-usul virus Corona harus diawasi dan diperiksa dengan ketat. Kedua, usai jurnal disetujui oleh dewan akademik di kampus, jurnal itu harus dikirim ke Kementerian Pendidikan. Di Kementerian Pendidikan, jurnal akan diteliti oleh satgas khusus sebelum diputuskan apakah bisa dipublikasikan atau tidak.

Belakangan, unggahan tersebut dihapus oleh Universitas Fudan. Namun, unggahan yang asli, yang terakhir terpampang pada Jumat lalu, masih bisa diakses via web.archive.

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

Langkah pemerintah Cina tersebut mendapat kritik dari para akademisi dan peneliti di Cina. Menurut mereka, kebijakan yang diterapkan malah akan menghalangi jalannya penelitian terhadap virus Corona. Namun, karena kebijakan ini datang langsung dari pemerintah pusat, mereka tidak bisa berbuat banyak untuk mencegahnya.

"Saya rasa ini adalah langkah pemerintah Cina untuk mengkontrol narasi soal asal-usul virus Corona, untuk memberi kesan bahwa wabah yang terjadi tidak berasal dari Cina," ujar salah seorang peneliti yang enggan disebutkan namanya atas alasan keamanan.

"Saya rasa pemerintah Cina tidak akan mentolerir penelitian apapun yang berkaitan dengan asal usul virus Corona," ujar peneliti itu lebih lanjut.

Kementerian Pendidikan Cina membenarkan soal adanya kebijakan pemeriksaan jurnal itu. Dan, mereka juga menyatakan bahwa arahan itu tak seharusnya dipublikasikan di situs kampus. "Itu dokumen internal," ujar pegawai Kementerian Pendidikan Cina yang enggan disebutkan namanya.

Sebagai catatan, Cina dan Amerika sempat berkonflik soal asal-usul virus Corona. Keduanya saling menuduh satu sama lain soal asal virus yang telah memakan ribuan korban jiwa itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, bahkan menebar isu bahwa virus Corona diciptakan oleh Amerika dan dibawa ke Cina oleh personil militer,

Sejauh ini, yang berkembang di publik, asal-usul virus Corona (COVID-19) diyakini berasal dari konsumsi hewan liar. Sebab, karakteristik virus Corona menyerupai virus yang berada di dalam tubuh hewan liar, salah satunya kelelawar. Wuhan, yang menjadi lokasi awal penyebaran virus Corona, kebetulan juga terkenal karena pasar hewan liarnya. Namun, hal ini masih diteliti hingga sekarang.

ISTMAN MP | CNN

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

7 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

8 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

17 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

18 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

21 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

21 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

22 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya