Banyak Test Kit Virus Corona Dari Cina Diekspor Tanpa Persetujuan

Senin, 30 Maret 2020 13:09 WIB

Petugas Dinas Kesehatan Kota Depok mengambil sampel darah pengguna kendaraan saat tes cepat (rapid test) virus Corona dengan sistem drive thru di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Ahad, 29 Maret 2020. ANTARA/Muhammad Adimaja

TEMPO.CO, Jakarta - Terbatasnya test kit virus Corona (COVID-19) di berbagai negara membuat produk buatan cCna diburu. Bagaimana tidak, dalam sehari, satu perusahaan farmasi di Cina bisa membuat 600 ribu test kit untuk diekspor ke berbagai negara, terutama di Eropa dan Amerika. Namun, bagaimana dengan kualitasnya?

Kenyataannya, tak semua test kit buatan Cina berjalan sesuai harapan. Beberapa tidak memberikan hasil test yang akurat karena memang tidak ditest terlebih dahulu. Sebagai contoh, pekan lalu, otoritas kesehatan Spanyol melaporkan bahwa ratusan ribu test kit asal Cina, buatan Bioeasy, tidak memberikan hasil yang akurat. Alih-alih memberikan hasil 80 persen, test kit hanya menunjukkan 30 persen. Kejadian serupa terjadi Filipina.

"Kurang lebih ada 102 perusahaan China yang mendapat akses ke pasar Eropa. Namun, banyak dari mereka, tidak memenuhi standar Administrasi Produk Medis Nasional di Cina," ujar Kepala Asosiasi Diagnosis In Vitro, Song Haibo, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Senin, 30 Maret 2020.

Mengutip South China Morning Post, dari sekian banyak perusahaan farmasi yang mendapat akses ke pasar Eropa, hanya segelintir yang memenuhi standar otoritas Cina. Kurang lebih hanya 13 produsen test kit, itu pun delapan di antaranya menjual versi yang lebih sederhana.

Rapid test kit untuk skrining COVID-19 yang dipakai RS Hasan Sadikin Bandung, Rabu 25 Maret 2020. Alat uji cepat itu digunakan kepada 300-an karyawan di Ring 1. FOTO/Dok.RSHS

Hal itu dibenarkan oleh seorang manajer perusahaan bioteknologi di Changsa yang enggan disebutkan namanya. Ia berkata, test kit virus Corona yang dijual perusahaannya sebenarnya adalah untuk hewan. Sebab, lisensi itu saja yang didapat perusahaannya di Cina. Meski begitu, hal tersebut tidak menghalangi perusahaannya untuk mendapatkan akses ke pasar Eropa pada 17 Maret lalu.

"Kami akan meningkatkan produksi untuk desain baru test kit COVID-19," ujar manajer tersebut.

Hal senada diakui oleh Zhang Shuwen, penemu Nanjing Liming-Bio Products. Ia mengakui bahwa dirinya menjual test kit virus Corona ke Eropa tanpa pernah mendapat persetujuan dari Cina. Ia hanya bermodal izin masuk ke pasar Eropa.

"Saya memang tidak pernah menimbang untuk meminta persetujuan otoritas China. Proses aplikasi memakan waktu lama. Ketika akhirnya disetujui, kami khawatir wabah sudah usai," ujar Shuwen sebagaimana dikutip dari South China Morning Post.

Shuwen mengklarifikasi bahwa tidak mendapat persetujuan China bukan berarti produknya tidak berkualitas. Untuk bisa mendapat akses ke pasar Eropa, alatnya juga ditest regulator Eropa. Adapun dia mendapatkan akses tersebut bulan ini setelah mengajukannya pada Februari lalu.

"Sekarang kami mendapatkan banyak pesanan. Kami bekerja hingga pukul 9 malam, 7 hari sepekan. Saya menimbang kemungkinan bekerja 24 jam dengan membagi masa produksi menjadi tiga giliran," ujar Shuwen yang menangani pesanan dari Italia, Spanyol, Austria, Hungaria, Iran, Arab, Jepang, dan Korea Selatan.

Uni Eropa mengakui bahwa situasinya dilematis. Terus meningkatnya pandemi virus Corona di Eropa memaksa pihak regulator untuk mempercepat pengetesan terhadap test kit virus Corona. Alhasil, fokus beralih dari kualitas ke kecepatan pengujian test kit.

"Meski begitu, apa yang terjadi (test kit tidak akurat) harus menjadi tamparan untuk tidak mengesampingkan kualitas. Jika tetap begitu, maka kita akan membuang-buang banyak uang dan malah memperlemah sistem kesehatan yang ujungnya menyebabkan virus (Corona) menyebar juga," ujar pihak Uni Eropa yang enggan disebutkan namanya.

Hingga berita ini ditulis, total kasus virus Corona di seluruh dunia sudah mencapai 712 ribu. Negara paling terdampak adalah Amerika, dengan 142.106 kasus, diikuti oleh Italia dengan 97.689 kasus.

Satu negara terdampak virus corona (COVID-19) di Eropa bisa memesan hingga ratusan juta masker dan jutaan test kit dari Cina. Spanyol, misalnya, yang memiliki 78.797 kasus dan 6.606 korban meninggal, memesan 550 juta masker, 5,5 juta test kit, dan 950 juta ventilator dengan nilai total 432 juta Euro (Rp7,8 triliun).

Beberapa di antaranya berasal dari Bioeasy yang hasilnya diberitakan tidak sesuai harapan. Bioeasy telah membantah pemberitaan yang ada. Mereka menuduh otoritas kesehatan di Spanyol tidak membaca petunjuk sebelum memakai test kit virus Corona buatannya.

ISTMAN MP | SOUTH CHINA MORNING POST

Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

4 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

15 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

20 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

20 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya