Sebelum Wabah Virus Corona Meledak, AS Pecat Ahli Epidemi di Cina

Senin, 23 Maret 2020 16:45 WIB

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pengarahan singkat tentang virus Corona di Gedung Putih di Washington, AS, 17 Maret 2020. [REUTERS / Jonathan Ernst]

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika memiliki kesempatan untuk merespon virus Corona (COVID-19) lebih awal, bahkan sejak 2019. Namun, kesempatan itu lepas dari tangan. Penyebabnya, gara-gara pemerintah Amerika memecat ahli epideminya di Cina, Dr. Linda Quick.

Hal itu terungkap dari laporan eksklusif kantor berita Reuters hari ini, Senin, 23 Maret 2020. Dalam laporannya, disampaikan bahwa Amerika memecat Quick sejak Juli lalu. Dan, sejak saat itu, Amerika tidak pernah menempatkan figur lain yang memiliki pemahaman lapangan setara dengannya

"Melihat situasi sekarang sungguh menyakitkan. Andai saja ada orang di sana, mungkin petugas medis dan pemerintah di seluruh dunia bisa begerak lebih cepat," ujar ahli epidemi Amerika yang pernah bertugas di Cina dan mengenal Quick, Bao-Ping Zhu, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Reuters menyebut Quick sebagai ahli epidemi yang bekerja untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika, CDC. Sebelum dipecat, ia memegang peran integral dalam mengidentifikasi virus atau penyakit yang berpotensi menjadi epidemi seperti virus Corona saat ini. Zhu menyebut Quick sebagai penasihat, mata dan telinga medis Amerika di Cina.

Sebelum dipecat, kata Zhu, Quick sendiri sudah berniat mundur. Hal itu dikarenakan pemerintah Amerika menghapus pos anggarannya per September 2019. Padahal, anggaran itu ia perlukan untuk beroperasi sekaligus menjalankan program pelatihan epidemiologis Amerika di Cina. Diduga penghentian anggaran itu berkaitan dengan memanasnya hubungan Amerika dan Cina tahun lalu.

"Andai Quick berada di sana, ia bisa memberikan perkembangan terbaru (soal potensi virus Corona) ke Amerika secara langsung sehingga otoritas kesehatan bisa bertindak sejak pekan pertama wabah meledak," ujar Zhu. Untuk mengingatkan kembali, Cina sempat mencoba menutup-nutupi wabah virus Corona ketika meledak pertama kali di bulan November 2019.

Presiden Amerika Donald Trump membantah laporan Reuters. Ia menyebutnya sebagai laporan yang 100 persen bohong. Meski begitu, Trump tidak menjawab apakah dirinya akan menunjuk figur baru untuk mengisi posisi Quick yang kosong.

Sementara itu, secara terpisah, Direktur CDC Robert Redfield mengatakan bahwa CDC tidak hilang dari Cina. Dengan adanya virus Corona (COVID-19), kata ia, peran CDC justru ditambah di sana. "Saat ini sedang kami tingkatkan (peranan CDC)," ujar Redfield.

Sebelum Redfield memberikan statementnya kepada Reuters, CDC sempat membantah membiarkan pos Cina kosong pasca Quick tak ada. "Hilangnya posisi penasihat (Quick) di Cina tidak mengurangi kemampuan pemerintah pusat untuk mendapatkan informasi terbaru. Hal itu tak ada kaitannya dengan CDC bisa mengetahui kasus lebih awal atau tidak," ujar keterangan pers CDC.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

15 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

18 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

1 hari lalu

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut kopi asal Sumedang mendunia gegara ini. Apa itu?

Baca Selengkapnya

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Deretan Pimpinan Negara yang Pernah Dapat Surat Penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional

Mahkamah Pidana Internasional pernah mengerbitkan surat penangkapan sejumlah pimpinan negara. Belum ada dari Israel

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

2 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah

5 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dalam penutupan perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya