Pakar Medis Berbeda Pandangan Soal Puncak Virus Corona di Dunia

Rabu, 12 Februari 2020 14:31 WIB

Presiden Cina Xi Jinping menginspeksi pekerjaan pencegahan dan pengendalian virus Corona di lingkungan Anhuali di Beijing, Cina, 10 Februari 2020. [Xinhua via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai pakar medis saling berbeda pandangan perihal prediksi puncak penyebaran virus Corona. Ada yang beranggapan epidemi virus Corona akan selesai pada bulan April ini, ada juga yang menganggap prediksi tersebut terlalu prematur. Salah satu figur yang memprediksi epidemi virus Corona akan usai bulan April nanti adalah Zhong Nansham, penasihat medis pemerintah Cina.

Nansham mengacu pada data dari Komisi Kesehatan Nasional Cina yang memang menunjukkan angka pertumbuhan kasus Virus Corona per pekan telah turun. Di luar Hubei, misalnya, telah turun 57 persen dari 890 kasus pada Senin pekan lalu menjadi 381 pada Senin kemarin. Begitu pula di Hubei yang turun dari 3000 kasus per Selasa pekan lalu menjadi 1638 pada hari Selasa kemarin.

"Saya berharap epidemi ini akan benar-benar berakhir pada April nanti," ujar Nansham sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 12 Februari 2020.

Hal yang perlu diketahui, prediksi Nansham perihal Corona sempat salah sebelumnya. Hal itu membuat berbagai pakai pun tidak berani mengambil prediksi terlalu cepat soal kemungkinan epidemi virus Corona berakhir pada April nanti.

Salah satu yang menyatakan prediksi Nansham terlalu prematur adalah Brendan Murphy, Kepala Departemen Kesehatan Pemerintah Australia. Menurut Murphy, terlalu cepat mengambil keputusan hanya bermodal data satu pekan. Untuk mengambil prediksi soal akhir epidemi, kata ia, dibutuhkan data yang lebih banyak.

"Saya rasa kita harus terus memantau data-data beberapa pekan depan untuk membuat prediksi yang akurat," ujar Murphy sebagaimana dikutip dari situs ABC pada hari ini.

Hal senada disampaikan Xian Jiaotong, peneliti dari Liverpool University. Jika data beberapa pekan ke depan konsisten menurun, kata ia, maka bisa saja epidemi virus Corona berakhir di akhir Februari. Hanya saja, kata ia, ada banyak faktor yang bisa membuat trend penurunan berubah pekan depan.

"Kita harus mempertimbangkan kemungkinan ada data yang belum dilaporkan di mana hal itu bisa mengubah keseluruhan prediksi. Jika tidak ada perubahan trend, hitung-hitungan yang saya buat menunjukkan yang terburuk (dari epidemi virus Corona) telah usai," ujar Jiaotong.

Sementara itu, epidemiologis dari Columbia University, W. Ian Lipkin, mengatakan bahwa prediksi akhir epidemi harus melihat proses karantina yang sudah berlangsung serta perubahan musim. Jika musim semi datang lebih awal, yang ditandai dengan kenaikan suhu, hal itu bisa mempengaruhi prediksi akhir epidemi virus Corona.

Data terbaru, angka kasus virus Corona di seluruh dunia saat ini adalah 45.171 kasus. Jumlah korban meninggal ada 1.115 orang, diikuti dengan jumlah pasien sembuh 4.771 orang.

ISTMAN MP | ABC | CHANNEL NEWS ASIA | SOUTH CHINA MORNING POST



Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

5 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

21 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya