Gedung Putih Larang Buku John Bolton yang Ungkap Skandal Trump

Kamis, 30 Januari 2020 10:00 WIB

Penasihat Keamanan Nasional John Bolton mendengarkan ketika Presiden AS Donald Trump mengadakan rapat kabinet di Gedung Putih di Washington, AS, 9 April 2018. [REUTERS / Kevin Lamarque]

TEMPO.CO, Jakarta - Gedung Putih mengancam menggugat mantan penasihat keamanan nasional AS John Bolton jika dia tetap menerbitkan buku yang mengungkap keterlibatan Donald Trump dalam skandal Ukraina.

Naskah buku berjudul "The Room Where It Happened: A White House Memoir", mengejutkan banyak pihak ketika New York Times pada laporan 26 Jauari membocorkan isi buku di saat sidang pemakzulan berlangsung. Buku tersebut mengklaim bagaimana Trump memerintahkan pejabatnya untuk menunda bantuan militer ke Ukraina sebagai pengungkit agar Ukraina bersedia menginvestigasi lawan politik Trump, Joe Biden dan putranya.

Dalam sebuah surat kepada pengacara Bolton, seorang pejabat tinggi di Dewan Keamanan Nasional menulis manuskrip buku Bolton yang tidak diterbitkan nampaknya berisi sejumlah besar informasi rahasia dan tidak dapat dipublikasikan secara tertulis, menurut sumber seperti dilaporkan CNN, 30 Januari 2020.

Surat itu, yang bertanggal 23 Januari, mengatakan beberapa informasi itu diklasifikasikan pada tingkat "sangat rahasia", yang berarti "secara wajar dapat diperkirakan akan menyebabkan kerugian besar bagi keamanan nasional."

"Naskah itu tidak boleh diterbitkan atau diungkapkan tanpa penghapusan informasi rahasia ini," tulis surat itu.

Advertising
Advertising

Presiden Donald Trump, kanan, melakukan pertemuan disela-sela sidang umum PBB dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy. Sumber: REUTERS/Jonathan Ernst

Gedung Putih tidak berkomentar. Baik Bolton maupun juru bicara penerbit, Simon & Schuster, juga tidak menanggapi permintaan komentar.

Pada Rabu, pengacara Bolton Charles Cooper merilis surat tindak lanjut yang dia kirim ke Dewan Keamanan Nasional tentang naskah itu.

"Seperti yang Anda ketahui, Manajer Dewan dalam persidangan pemakzulan Senat telah memperjelas niat mereka untuk mencari kesaksian Duta Besar Bolton di persidangan, dan meskipun belum ada yang tahu apakah Senat akan memanggilnya untuk bersaksi, dia sedang mempersiapkan kemungkinan itu," tulis Cooper dalam email Jumat kepada pejabat di Dewan Keamanan Nasional.

Dikutip dari Reuters, Surat yang ditandatangani oleh Ellen Knight, direktur senior untuk catatan, akses, dan manajemen keamanan informasi, mengatakan naskah buku John Bolton masih dipelajari.

"Naskah masih dalam peninjauan agar kami melakukan yang terbaik untuk membantu klien Anda dengan mengidentifikasi informasi rahasia dalam naskah," katanya. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk bekerja dengan Anda untuk memastikan kemampuan klien Anda untuk menceritakan kisahnya dengan cara yang melindungi keamanan nasional AS."

New York Times melaporkan pada hari Minggu bahwa Trump mengatakan kepada Bolton pada bulan Agustus ia ingin terus membekukan US$ 391 juta atau Rp 5,33 miliar bantuan keamanan ke Ukraina sampai para pejabat di sana membantu dengan penyelidikan ke Demokrat, termasuk mantan Wakil Presiden Joe Biden, seorang calon presiden dari Partai Demokrat, dan putranya, Hunter.

Pengungkapan itu telah mendorong Demokrat untuk memanggil John Bolton sebagai saksi dalam sidang pemakzulan, di mana Trump dituduh menyalahgunakan kekuasaannya atas urusannya dengan Ukraina dan menghalangi Kongres.

Berita terkait

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

1 menit lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

6 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

9 jam lalu

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

Ukraina menyebut Rusia mencari perhatian karena menetapkan Presiden Zelensky sebagai buronan.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

1 hari lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

2 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

4 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

5 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

6 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

6 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya