Amerika dan Iran di Ambang Perang, Situs Wajib Militer AS Jebol
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Senin, 6 Januari 2020 06:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Situs web pendaftaran wajib militer Amerika Serikat, Selective Service System, jebol di tengah isu Perang Dunia III setelah AS membunuh Komandan Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani.
Jebolnya situs web terjadi beberapa jam setelah pengumuman bahwa Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani, terbunuh oleh serangan udara AS yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Tagar #WorldWarIII atau Perang Dunia III adalah salah satu tren teratas di Twitter, Jumat, menurut laporan CNN, dikutip 6 Januari 2020.
Insiden ini menyebabkan ancaman pembalasan dari pemerintah Iran dan meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran. Ini memicu kekhawatiran di media sosial tentang perang antara kedua negara dan kemungkinan wajib militer lain di AS.
"Karena penyebaran informasi yang salah, situs web kami mengalami volume lalu lintas yang tinggi saat ini," tulis Selective Service System di Twitter. "Jika Anda mencoba mendaftar atau memverifikasi pendaftaran, silakan periksa kembali hari ini karena kami sedang berusaha menyelesaikan masalah ini. Kami menghargai kesabaran Anda."
Due to the spread of misinformation, our website is experiencing high traffic volumes at this time. If you are attempting to register or verify registration, please check back later today as we are working to resolve this issue. We appreciate your patience.
— Selective Service (@SSS_gov) January 3, 2020
Belum diketahui apakah situs web sudah kembali digunakan. Situs bisa dibuka ketika dikunjungi Tempo pada 6 Januari pukul 5.30 WIB. Tetapi sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi dari Selective Service System.
Faktanya, wajib militer Amerika berakhir pada tahun 1973 dan militer berubah menjadi pasukan yang semuanya sukarelawan. Saat ini, semua pria berusia 18 hingga 25 tahun diharuskan oleh hukum untuk memberikan informasi pribadi dasar ke Selective Service System. Dan bagi yang tidak mengisi data pribadi adalah ilegal.
"Selective Service System menjalankan layanan seperti biasa. Jika keadaan darurat nasional memerlukan wajib militer, Kongres dan Presiden perlu meloloskan undang-undang resmi untuk mengesahkan rancangan," tulis lembaga itu.
The Selective Service System is conducting business as usual. In the event that a national emergency necessitates a draft, Congress and the President would need to pass official legislation to authorize a draft. pic.twitter.com/M4tY2dLoX1
— Selective Service (@SSS_gov) January 3, 2020
Tidak mustahil wajib militer diberlakukan meski kemungkinannya masih jauh. Tetapi dengan kematian Jenderal Soleimani, potensi perang Amerika Serikat dengan Iran semakin menguat.
Dikutip dari TIME, Soleimani, 62 tahun, memimpin Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi di luar negeri, mulai dari sabotase dan serangan teror hingga memasok milisi yang beroperasi sebagai pasukan pengganti Iran.
Mayor Jenderal Qassem Soleimani diketahui melapor dan mendapat perintah langsung dari dan kepada Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, menurut Sky News.
Berdasarkan fakta ini, Perang Dunia III tak terelakan dan tergantung pada seberapa jauh respons Iran. Tetapi para pemimpin Iran telah menyerukan balas dendam dengan perang Jihad atas kematian Qassem Soleimani.