Populasi Jepang Menyusut Setengah Juta Tahun ini

Kamis, 26 Desember 2019 15:30 WIB

Perempuan lanjut usia berjalan di Akita, Prefektur Akita, di Jepang utara, 23 Juni 2018.[REUTERS/Kiyoshi Takenaka]

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesejahteraan Jepang mengungkapkan jumlah populasi Jepang menyusut 512.000 lebih sedikit dibanding tahun lalu.

Angka kelahiran Jepang, yang diperkirakan akan turun di bawah 900.000 tahun ini, berada di angka terendah sejak 1874, ketika populasi sekitar 70 persen lebih kecil dari 124 juta saat ini.

Di sisi lain, jumlah angka kematian meningkat. Tahun ini, angka kematian diperkirakan akan mencapai hampir 1,4 juta, level tertinggi sejak akhir Perang Dunia II. Kenaikan angkat mortalitas didorong oleh populasi yang semakin menua.

Kesenjangan antara kelahiran dan kematian telah menempatkan Jepang dalam tekanan demografis. Karena jumlah kelahiran menurun, ada lebih sedikit orang muda memasuki angkatan kerjanya. Itu berarti lebih sedikit orang untuk menggantikan pekerja yang pensiun dan mendukung mereka seiring bertambahnya usia, situasi yang menjadi ancaman serius bagi vitalitas ekonomi Jepang dan keamanan jaring pengaman sosialnya.

Menurut New York Times, 26 Desember 2019, Jepang bukan satu-satunya negara yang harus menghadapi masyarakat yang menyusut. Bahkan Jepang bukan negara dengan tingkat kelahiran terendah. Gelar itu jatuh ke Korea Selatan. Negara-negara lain termasuk Cina dan Amerika Serikat juga menghadapi penurunan angka kelahiran, yang bisa menyebabkan masalah di masa medatang.

Advertising
Advertising

Tetapi Jepang adalah negara dengan populasi tak bertambah di dunia, dengan hampir 28 persen penduduknya berusia di atas 65 tahun.

Populasi Jepang secara konsisten menyusut sejak 2007. Saat itu, populasi negara tersebut menyusut sekitar 18.000 orang.

Namun, sejak saat itu, kehilangan populasi telah meningkat, melewati angka setengah juta tahun ini untuk pertama kalinya. Bahkan desa-desa menghilang karena kaum muda memilih untuk tidak memiliki anak, atau pindah ke daerah perkotaan untuk mencari peluang pekerjaan yang lebih baik.

Bangsal kelahiran di Jepang.[Asian Nikkei Review]

The Japan Times melaporkan dari tahun 2002 hingga 2017, 7.000 lebih sekolah di seluruh Jepang ditutup, mayoritas di daerah pedesaan karena angka kelahiran terus menyusut. Ketika semakin banyak sekolah tutup dan layanan lainnya menghilang atau menjadi lebih sulit diakses, keluarga muda akan memiliki lebih banyak alasan untuk tinggal di kota-kota.

Pemerintah bahkan menawarkan pembayaran tunai hingga 3 juta yen atau Rp 383 juta kepada siapa pun yang mau pindah dari Tokyo untuk bekerja di perusahaan kecil atau menengah atau untuk memulai bisnis, serta berbagai subsidi untuk universitas dan bisnis lokal.

Pemerintah memperkirakan bahwa populasi dapat menyusut sekitar 16 juta orang, atau hampir 13 persen, selama 25 tahun ke depan.

Sebagai tanggapan, Jepang telah melakukan upaya untuk meningkatkan tingkat kesuburan, jumlah rata-rata kelahiran tiap perempuan dari level saat ini sekitar 1,4 menjadi target 1,8, atau masih jauh dari 2,1 yang dianggap perlu untuk menjaga populasi tetap stabil.

Pemerintah telah bergerak untuk mendorong kelahiran dengan meningkatkan insentif bagi orang tua untuk memiliki lebih banyak anak dan mengurangi hambatan untuk memiliki anak.

Tetapi insentif tersebut terbukti tidak mencukupi karena lebih banyak orang di Jepang yang menunda persalinan atau tidak memiliki anak sama sekali, dikarenakan mereka lebih memilih peluang ekonomi atau karena mereka khawatir bahwa peluang ekonomi tidak ada dan merasa bahwa mereka tidak mampu memiliki anak.

Permintaan untuk penitipan anak di Jepang jauh melebihi ketersediaan, sehingga menyulitkan perempuan karir yang bekerja untuk memiliki anak. Selain itu, budaya patriarki Jepang menggambarkan tempat pria seharusnya di kantor dan bukan di rumah, sehingga menyulitkan untuk berbagi tugas mengasuh anak.

Yang semakin mengkhawatirkan adalah angka pernikahan menurun. Jumlah pernikahan turun 3.000 tahun ke tahun menjadi 583.000, menurut data yang dirilis pada Selasa.

Seiring angka kelahiran yang terus menurun, Jepang telah mencoba untuk mempromosikan robot sebagai pengisi kekosongan tenaga kerjanya yang menyusut.

Mereka juga berkomitmen untuk menerima sejumlah kecil imigran untuk menangani pekerjaan penting seperti merawat orang tua. Tahun ini Jepang mulai mengeluarkan lebih dari seperempat juta visa untuk para imigran yang akan melakukan pekerjaan kerah biru.

Berita terkait

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

1 jam lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

1 jam lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

2 jam lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

10 jam lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

19 jam lalu

Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

Pemasangan dinding diharapkan bisa mencegah orang berkumpul di seberang jalan untuk mengambil foto Gunung Fuji di Jepang dan mengganggu sekitar.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

23 jam lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

1 hari lalu

Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

Piala Thomas 2024 menjadi turnamen keenam yang diikutinya sepanjang karier Kento Momota sejak debut di ajang ini 2014.

Baca Selengkapnya

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

1 hari lalu

Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

Album SEVENTEEN menduduki peringkat pertama tanggal album utama di Jepang, tapi baru-baru ini viral video album itu dibuang

Baca Selengkapnya

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

1 hari lalu

Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.

Baca Selengkapnya